Selama kunjungan apostolik ke Indonesia yang mendapat sorotan luas pada awal September 2024, mendiang Paus Fransiskus melakukan sejumlah agenda bersejarah yang menggugah perhatian publik lintas agama. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika beliau mengunjungi Katedral Jakarta, gereja Katolik terbesar dan paling bersejarah di ibu kota, yang juga menjadi pusat Keuskupan Agung Jakarta. Tak jauh dari sana, hanya dipisahkan oleh jalan raya, beliau juga mengunjungi Masjid Istiqlal, yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara dan simbol kebanggaan umat Muslim Indonesia. Kedua tempat ibadah ini tidak hanya berdiri berdampingan secara geografis, tetapi juga secara simbolik, yang ditandai dengan kehadiran Terowongan Persahabatan—sebuah jalur bawah tanah yang secara fisik menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta. Selama kunjungannya, Paus Fransiskus berbagi momen yang sangat hangat dengan Prof. Dr. KH. Nazaruddin Umar, yang pada saat itu menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal dan kini menjabat sebagai Menteri Agama Indonesia. Kedua pemimpin ini saling berpelukan dengan penuh kehangatan dan bertukar senyuman. Interaksi mereka mencerminkan komitmen bersama untuk perdamaian, pemahaman, dan dialog antaragama. Bagi banyak orang yang hadir maupun menyaksikan di televisi dan secara daring, momen ini lebih dari sekadar isyarat diplomatik — ini adalah ekspresi kuat dari harmoni antaragama yang begitu mendalam yang menjadi ciri khas lanskap keagamaan Indonesia.
 |
Gereja Katedral Jakarta ini sudah berusia satu seperempat abad |
 |
Santa Perawan Maria adalah Santa pelindung gereja megah ini |
Di Indonesia, Katolik dan Islam merupakan dua dari enam agama resmi yang diakui negara, bersama dengan Protestan, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Melalui kunjungan ini, Paus Fransiskus tidak hanya mempererat hubungan antara Takhta Suci dan Gereja Katolik Indonesia, tetapi juga menunjukkan apresiasi terhadap keragaman agama dan semangat toleransi beragama yang telah lama menjadi identitas bangsa Indonesia. Salah satu simbol kehadiran Gereja Katolik paling mencolok di Indonesia adalah Katedral Jakarta — sebuah titik penting yang memiliki makna baik secara spiritual maupun historis. Secara resmi bernama Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, katedral ini juga menjadi tahta Uskup Agung Jakarta. Terletak di jantung Jakarta Pusat, Katedral Jakarta dapat menampung hingga 4.000 orang, menjadikannya bukan hanya gereja Katolik tertua, tetapi juga yang terbesar di ibu kota.
 |
Menara Daud dan Menara Ivory di sisi selatan ini memiliki tinggi 60 meter |
 |
Gedung Gereja Katedral ini diresmikan pada 21 April 1901 |
Bangunan asli katedral ini diresmikan pada tahun 1829, namun seiring berjalannya waktu, masalah pada material bangunan menyebabkan strukturnya memburuk dan akhirnya roboh. Pembangunan gedung katedral yang digunakan sampai sekarang ini dimulai pada tahun 1891 dan selesai pada tahun 1901 dan diresmikan dan diberkati dengan nama De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming (nama dalam Bahasa Belanda yang sama dengan nama resminya saat ini).Katedral ini dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans, SJ dalam gaya arsitektur Neo-Gotik yang sangat populer pada masa itu. Dua menara tertingginya, yaitu Menara Daud dan Menara Gading, memiliki tinggi 60 meter, sedangkan menara tengah, Menara Angelus Dei, memiliki tinggi 45 meter. Sebuah patung Santa Perawan Maria, santa pelindung katedral ini, dapat ditemukan di portal utama bersama dengan tulisan Latin “Beatam Me Dicentes Omnes Generationes” yang berarti “Segala keturunan akan menyebutku berbahagia”. Aula utama katedral ini memiliki panjang 60 meter dan lebar 10 meter, ditambah dengan lorong selebar 5 meter di masing-masing sisi.
 |
Terdapat tiga altar di dalam Gereja Katedral Jakarta ini |
 |
Di sisi kanan tampak Altar Santo Yosef dan organ Verschueren |
Katedral ini memiliki tiga altar yang masing-masing memiliki nilai seni dan sejarah yang tinggi. Altar utama yang terletak di tengah gereja bergaya Belanda abad ke-19 dan berasal dari gereja Jesuit di Groningen. Altar merupakan karya seni yang menggambarkan pengaruh kuat budaya Eropa dalam desain interior gereja. Di sisi kiri altar utama, terdapat Altar Santa Maria, yang dibuat pada tahun 1915 dan didedikasikan kepada Perawan Maria yang merupakan figur penting dalam iman Katolik. Di sisi kanan, terdapat Altar Santo Yosef, yang selesai dibuat pada tahun 1922 dan didedikasikan pada Santo Yosef, suami Maria dan ayah angkat Yesus, yang menjadi pelindung Gereja Universal. Selain altar-altar tersebut, terdapat juga Takhta Uskup atau cathedra, yang ditempatkan di sebelah kiri ketiga altar. Takhta ini adalah simbol otoritas spiritual dari uskup yang memimpin Keuskupan Agung Jakarta, sementara di sisi kanan gereja terdapat organ Verschueren. Seluruh interior gereja dihiasi dengan motif floral yang elegan, yang dapat ditemukan pada berbagai bagian gereja, mulai dari pilar-pilar, dinding-dinding, hingga jendela kaca patri yang indah. Karya seni ini tidak hanya memperindah gereja, tetapi juga menambah kedalaman spiritual bagi setiap orang yang beribadah di sana.
 |
Beberapa bagian gereja masih menggunakan ejaan lama Bahasa Indonesia |
 |
Jangan lupa mengunjungi Gua Maria di taman yang rindang ini |
Gua Maria terletak di sebuah taman kecil yang asri dan tenang, yang memberikan ruang bagi umat untuk berdoa dan merenung dalam kedamaian. Terletak dekat dengan kantor administrasi, Di antara kantor administrasi dan aula utama gereja, terdapat juga Museum Katedral, yang menyimpan berbagai koleksi sejarah Katedral Jakarta dan Keuskupan Agung Jakarta, dan akan saya bahas lebih rinci dalam tulisan terpisah. Katedral Jakarta bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang mendalam dan peran penting dalam kehidupan gereja Katolik di Indonesia. Sebagai tahta Uskup Jakarta, Katedral ini telah menjadi pusat keagamaan yang berpengaruh di ibu kota, bahkan di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Katedral Jakarta juga telah menjadi simbol dari persahabatan antaragama dan dialog lintas keyakinan, sebuah nilai yang sangat relevan di tengah dunia yang semakin diwarnai oleh ekstremisme dan intoleransi.
 |
Menara dan jendela utama Katedral menyala di malam hari |
 |
Tepat di seberang jalan kita dapat menjumpai Masjid Istiqlal |
Sebagai penutup, Katedral Jakarta bukan hanya sekadar gedung megah yang menjadi pusat ibadah Katolik, tetapi juga sebuah pusat spiritualitas yang menghubungkan umat manusia dalam keberagaman, mengajak kita semua untuk terus merayakan persatuan dalam perbedaan. Dengan keberadaannya yang penuh makna ini, Katedral Jakarta menginspirasi setiap orang untuk terus menebarkan kasih, damai, dan pengertian ke seluruh penjuru dunia. Di sinilah, di tengah keragaman umat beragama, Katedral Jakarta berdiri untuk mempromosikan saling pengertian dan rasa hormat antara berbagai agama, menjadikan tempat ini lebih dari sekadar sebuah gereja, tetapi juga sebuah simbol perdamaian di dunia yang semakin kompleks.
Paroki Katedral Jakarta
Gereja Katedral Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
Lokasi Jl Katedral No 7B, Pasar Baru, Central Jakarta
Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, Jam 16.00 WIB, 18.30 WIB
Minggu, Jam 06.00 WIB, 08.30 WIB, 11.00 WIB, 16.30 WIB, 19.00 WIB
Comments
Post a Comment