Featured

[ID] Katedral Gembala Yang Baik, Gereja Katolik Tertua di Singapura

Katedral Gembala Baik: Warisan Iman di Singapura

Dalam kunjungan singkat saya ke Singapura beberapa waktu lalu, saya juga menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa gereja. Semangat Tahun Yubelium 2025 ini memotivasi saya untuk mengunjungi gereja-gereja Katolik di setiap kota yang saya singgahi. Sayangnya, waktu yang terbatas sebelum penerbangan lanjutan ke Bangkok membuat saya hanya bisa memilih satu-dua lokasi saja. Setelah mempertimbangkan rute, waktu tempuh dan nilai sejarahnya, pilihan saya jatuh pada Katedral Gembala Baik (Cathedral of the Good Shepherd) — gereja Katolik tertua di Singapura sekaligus pusat Keuskupan Agung Singapura yang juga menjadi kediaman resmi Uskup Agung yang saat ini memimpin 32 paroki yang ada di Singapura.

Katedral ini terletak di Museum Planning Area yang berada di kawasan Civic District, katedral ini mudah dijangkau dengan berjalan kaki sekitar 3 menit dari stasiun MRT Bras Basah, atau kurang dari 10 menit dari stasiun Bencoolen maupun City Hall. Bangunan gereja ini ditetapkan sebagai monumen nasional oleh Dewan Warisan Nasional pada 28 Juni 1973, sebagai penghargaan atas nilai sejarah, sosial, dan budayanya. Yang menarik dari katedral ini bukan hanya lokasinya yang strategis di tengah kota, melainkan juga atmosfernya yang tenang, dikelilingi pepohonan dan bangunan warisan kolonial. Arsitekturnya yang bergaya neoklasik langsung mengisyaratkan kisah panjang di balik bangunan ini.

Cathedral of the Good Shepherd ini merupakan gereja Katolik tertua di Singapura

Gereja bergaya Neo Klasik dengan unsur kolonial Inggris ini dibangun pada tahun 1800-an

Sekilas Sejarah dan Arsitektur

Akar sejarah katedral ini bermula dari tahun 1832, ketika para misionaris dari Société des Missions Étrangères de Paris (MEP) atau Serikat Misi Luar Negeri Paris mulai merintis komunitas Katolik di Singapura. Misa pertama diadakan di rumah pribadi Denis Lesley McSwiney, seorang kontraktor asal Irlandia yang juga merancang bangunan gereja yang sekarang berdiri. Pembangunan gereja dimulai tahun 1843 dan menampilkan gaya neoklasik dengan sentuhan kolonial Inggris yang tampak dari fasad simetrisnya, kolom Dorik, dan pedimen segitiga bergaya Yunani. Menara lonceng ikonik dari gereja ini yang menjulang dibangun pada 1847, dirancang oleh insinyur asal Skotlandia, Charles Andrew Dyce. Di dalam gereja, suasananya tenang dan penuh kemegahan klasik yang sederhana. Salah satu unsur penting adalah lukisan cat minyak Jalan Salib kuno yang menghiasi dinding gereja, serta organ pipa Bevington & Sons yang diberkati pada tahun 1912 yang merupakan yang tertua di Singapura dan masih digunakan hingga sekarang.

Di pintu masuk utama, patung Kristus sebagai Gembala Baik menyambut umat, bersama dua patung santo misionaris besar yaitu Santo Antonius dari Padua dan Santo Fransiskus Xaverius. Santo Antonius dikenal karena khotbahnya yang fasih dan semangatnya dalam mewartakan Injil, sementara Santo Fransiskus Xaverius dikenang atas karya misionernya yang luar biasa di Asia. Katedral ini diberkati dan secara resmi dibuka pada 6 Juni 1847 oleh Pastor Jean-Marie Beurel, imam MEP asal Prancis yang memiliki peran penting dalam pendirian Gereja Katolik pertama di Singapura ini. Kemudian pada tahun 1888, gereja ini ditetapkan sebagai katedral ketika Vikariat Apostolik Melaka yang saat itu berbasis di Singapura ditingkatkan menjadi keuskupan. Selanjutnya, keuskupan ini berkembang menjadi Keuskupan Agung Melaka-Singapura, sebelum akhirnya pada tahun 1972, Keuskupan Agung Singapura resmi berdiri sebagai yurisdiksi tersendiri. Hingga hari ini, Katedral Gembala Baik tetap menjadi takhta resmi Uskup Agung Singapura.


Patung Yesus Sang Gembala Yang Baik dapat dijumpai di atas pintu masuk utama

The serene nave of the Cathedral of the Good Shepherd can accommodate up to 800 worshippers

Jejak Sang Gembala Yang Baik dan Warisan Santo Imbert

Nama "Katedral Gembala Yang Baik" menyimpan makna rohani yang mendalam, berakar pada kehidupan martir Santo Laurent-Marie-Joseph Imbert yang merupakan seorang tokoh penting dalam MEP. Imbert lahir di Marignane, Prancis, pada tahun 1796, dan dikenal sebagai misionaris Katolik pertama yang mengunjungi Singapura pada tahun 1821 setelah sebelumnya sempat mengajar di Penang, Malaysia. Beberapa catatan bahkan menyebutkan bahwa mungkin beliaulah yang memimpin perayaan misa pertama kalinya di Singapura. Pada tahun 1838, Imbert diangkat sebagai Vikaris Apostolik Korea dan Uskup Tituler Capsa, di tengah masa persekusi berat terhadap umat Kristen di Korea. Demi melanjutkan karya pelayanannya, ia harus masuk secara diam-diam ke wilayah tersebut. Setahun kemudian, setelah dikhianati dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat, Imbert memutuskan untuk merayakan satu misa terakhir sebelum menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Dalam semangat pengorbanan, ia menulis surat kepada dua rekannya sesama misionaris, Pierre-Philibert Maubant dan Jacques-Honoré Chastan, mengajak mereka ikut menyerahkan diri demi melindungi para umat yang baru dibaptis. Dalam suratnya, ia menuliskan kalimat, ‘Dalam situasi yang genting, gembala yang baik menyerahkan nyawanya demi domba-dombanya,’ yang merujuk pada Yohanes 10:11 dan kutipan ini kini terukir di lantai pintu masuk katedral.

Ketiga misionaris tersebut akhirnya ditangkap, disiksa, dan tetap teguh tidak membocorkan informasi apa pun sebelum akhirnya dipenggal pada 21 September 1839 di Saenamteo, Korea. Mereka termasuk dalam kelompok martir Korea yang dibeatifikasi pada tahun 1925 dan dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II di Seoul pada 6 Mei 1984. Di Korea, Imbert dikenang dengan penuh hormat sebagai Uskup Laurentius Bum Sehyeong. Kabar kemartirannya kemudian sampai ke Singapura yang pernah ia singgahi dalam perjalanan misinya. Kisah pengorbanannya menjadi inspirasi penamaan gereja ini sebagai “Gembala Yang Baik.” Kini, di dalam Katedral Gembala Baik tersimpan relikui Santo Laurent Imbert, sebagai bentuk penghormatan atas warisan rohaninya yang tetap hidup dan memberi pengaruh mendalam bagi umat Katolik di kawasan ini dan terutamanya di Katedral suci ini.

Organ pipa Bevington & Sons ini diberkati pada tahun 1912 dan merupakan yang tertua di Singapura

Menara yang menjulang ini merupakan tempat di mana tiga lonceng gereja berada

Perjalanan dan Proyek Restorasi Katedral 

Katedral ini tidak hanya menjadi saksi perkembangan sejarah agama Katolik di Singapura, namun saat Perang Dunia II, bangunan ini difungsikan sebagai rumah sakit darurat. Pada awal 2000-an, pondasinya mulai melemah akibat proyek terowongan MRT di kawasan ini dan pembangunan kampus Universitas Manajemen Singapura juga ada di dekatnya. Setelah beberapa tahun penundaan karena kendala teknis dan biaya, akhirnya pada tahun 2013, proyek restorasi besar dilakukan. Katedral ditutup sementara selama tiga tahun. Proyek ini mencakup perbaikan gedung utama, pastoran, serta fasilitas pendukung lainnya. Hasilnya, sejak 20 November 2016, katedral dibuka kembali — kini sepenuhnya ber-AC, dengan bangku dan lantai baru, serta tampilan warna yang diperbarui. Sebuah lantai bawah tanah juga ditambahkan, berisi ruang doa, ruang pertemuan, dan ruang relikui. Tak jauh dari bangunan utama, terdapat Galeri Warisan Katedral (Heritage Gallery) yang dibuka tahun 2017, menampilkan artefak bersejarah gereja, termasuk dokumen dan peninggalan misa sejak awal pendirian gereja dan Keuskupan Agung Singapura. Tur gratis tersedia setiap Sabtu pertama pukul 11 pagi dan Sabtu ketiga pukul 7.30 malam.

The Cathedral's Heritage Gallery, opened in 2017, showcases historical artifacts and stories

The Archbishop’s House, a humble colonial-era residence stands beside the cathedral

Penutup: Sebuah Tempat Iman dan Keteduhan

Kunjungan ke Katedral Gembala Baik bukan sekadar melihat bangunan bersejarah, melainkan menyusuri perjalanan iman yang telah bertahan lebih dari satu abad. Di tengah hiruk-pikuk kota modern, katedral ini tetap menjadi tempat bernaung yang damai, sebagai sebuah ruang doa, pengharapan, dan keteduhan bagi siapa saja yang datang, apa pun latar belakangnya. Nama “Gembala Baik” bukan hanya simbol, tapi juga panggilan untuk mengenal Kristus yang selalu hadir, membimbing, dan memberikan hidup-Nya bagi kita semua.





Katedral Gembala Yang Baik (Cathedral of The Good Shepherd)
Gereja Induk Keuskupan Agung Singapura 

Lokasi A Queen St, Singapura

Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, 06.00 SGT 
Minggu, 08.30 SGT, 10.30 SGT, 18.00 SGT
(SGT = Singapore Time GMT+8)





Comments

Popular Posts