Skip to main content

Featured

[ID] Som Tam di Tiap Sudut Bangkok, Pengalaman Kuliner yang Segar dan Seru

Makanan Thailand Favorit Saya Beberapa tahun lalu, saya sempat tinggal di Thailand selama beberapa bulan, dan sejak itu saya cukup akrab dengan cita rasa khas masakan Thailand. Meskipun secara umum profil rasanya tidak jauh berbeda dari hidangan Indonesia atau Asia Tenggara lainnya, selalu ada sesuatu yang istimewa saat kembali ke Thailand dan menikmati langsung kekayaan kulinernya.  Di Jakarta sendiri, makanan Thailand cukup mudah ditemukan di mana banyak pusat perbelanjaan besar yang memiliki setidaknya satu restoran Thailand. Sebagian besar restoran ini bahkan dengan bangga menampilkan sertifikasi “Thai Select”, sebuah penanda resmi dari Kementerian Perdagangan Thailand yang menjamin keaslian cita rasa dan pengalaman bersantap, baik di dalam maupun luar negeri.  Namun, makanan bukan hanya soal rasa. Suasana, pemandangan, dan bunyi-bunyian di sekitar juga memberi pengalaman tersendiri saat menyantapnya. Itulah mengapa saya begitu antusias menyambut perjalanan saya ke Bangkok...

[ID] Raffles Place Dulu dan Kini, Dari Tanah Reklamasi ke Pusat Keuangan Asia

Setelah mengunjungi kawasan Chinatown yang bersejarah dan penuh warna, tujuan saya berikutnya adalah melihat ikon pariwisata utama Singapura yaitu patung Merlion yang terletak di dekat muara Sungai Singapura. Dalam perjalanan menuju Merlion Park, saya berjalan santai menyusuri tepi sungai, dikelilingi deretan gedung pencakar langit kawasan Raffles Place, yang merupakan jantung Distrik Pusat Bisnis (CBD) Singapura. Wilayah ini, yang termasuk dalam Downtown Core di Central Area, dikenal luas sebagai pusat keuangan dan perdagangan utama negeri ini. Banyak gedung tertinggi dan landmark ikonik Singapura berdiri di kawasan ini. Salah satunya adalah Guoco Tower (setinggi 283,7 meter) di Tanjong Pagar yang saat ini merupakan bangunan tertinggi di Singapura. Di Raffles Place sendiri berdiri tiga menara setinggi 280 meter: UOB Plaza One, Republic Plaza, dan One Raffles Place. Gedung yang terakhir ini, dulunya dikenal sebagai OUB Centre, selesai dibangun pada tahun 1986 dan sempat menjadi gedung tertinggi di dunia di luar Amerika Utara hingga tahun 1989. Gedung-gedung tinggi ini menjadi kantor pusat berbagai institusi keuangan dan perusahaan multinasional ternama, mencerminkan peran Singapura sebagai salah satu pusat keuangan global. Di sinilah pula terdapat kantor pusat tiga bank terbesar Singapura yaitu DBS Bank, UOB, dan OCBC. Banyak perusahaan lokal maupun internasional lainnya juga menempatkan kantor regionalnya di kawasan ini, memperkuat posisi Raffles Place sebagai mesin penggerak ekonomi negara. Melihat deretan menara kaca yang menjulang tinggi dan suasana sibuk yang mendominasi kawasan ini, sulit membayangkan bahwa wilayah ini dulunya hanyalah kawasan pesisir yang sederhana. Sejarah pusat komersial ini berakar lebih dari dua abad lalu, yang dimulai dari visi besar sang pendiri Singapura modern, Sir Stamford Raffles.

 
Karya berjudul First Generation ini hanya satu dari berbagai karya seni di sepanjang sungai ini

One Raffles Place, Republic Plaza dan OUB Centre berdiri di balik Cavenagh Bridge yang bersejarah

Serupa dengan sejarah pembangunan Chinatown yang telah kita bahas di postingan sebelumnya, pendirian kawasan komersial di sisi selatan Sungai Singapura ini juga merupakan bagian penting dari Rencana Kota 1822 yang dirancang oleh Sir Stamford Raffles. Dalam rencana tata kota yang sangat rinci tersebut, Raffles menetapkan zona-zona khusus untuk pemerintahan, perdagangan, serta pemukiman komunitas tiap etnis yang semua dirancang demi menciptakan kota kolonial yang tertib dan efisien. Meski sempat mendapat tentangan dari Residen Inggris pertama di Singapura William Farquhar, yang menganggap wilayah ini hanya terdiri dari rawa dan tidak layak dikembangkan tanpa reklamasi besar-besaran, pembangunan tetap dilanjutkan. Antara tahun 1822 hingga 1823, Singapura menjalankan proyek reklamasi tanah pertamanya, sebuah langkah besar pada masa itu. Bukit-bukit di sekitarnya, termasuk sebagian dari Bukit Wallich, diratakan dan tanahnya digunakan untuk menimbun tepian selatan sungai. Dari sinilah kawasan perdagangan utama kota mulai terbentuk. Lahan hasil reklamasi ini kemudian menjadi lokasi Commercial Square—cikal bakal dari Raffles Place masa kini. Sementara itu, Boat Quay sebagai area pelabuhan dan bongkar muat yang vital dikembang sedikit lebih ke arah hulu sungai. Transformasi kawasan ini turut didukung dengan kebijakan visioner Raffles yang sejak 1819 telah menetapkan Singapura sebagai pelabuhan bebas tanpa bea masuk ataupun pajak perdagangan. Kebijakan ini menarik para pedagang dari berbagai penjuru Asia bahkan luar kawasan untuk berdagang di Singapura. Seiring makin ramainya kapal yang berlabuh di sepanjang sungai, Commercial Square dipenuhi oleh rumah dagang, gudang, penukar uang, dan agen pelayaran. Pada tahun 1858, namanya secara resmi diubah menjadi Raffles Place untuk menghormati Sir Stamford Raffles. Seiring perkembangan jaman, kawasan ini berkembang pesat menjadi pusat keuangan dan perdagangan. Bank, perusahaan asuransi, dan kantor perusahaan mulai berdiri di sekitarnya. Bahkan, beberapa toko serba ada (department store) seperti Robinson’s dan John Little membuka gerai pertama mereka di sini dan menawarkan produk impor bergaya Eropa yang populer di kalangan ekspatriat maupun warga lokal kelas atas. Transformasi kawasan ini dari rawa yang direklamasi menjadi distrik bisnis yang maju merupakan bukti nyata perencanaan strategis dan semangat kewirausahaan yang sejak awal telah menjadi bagian dari identitas Singapura.

Cavenagh Bridge sejak awal hanya dibuka untuk pejalan kaki, sebagaimana tertera di papan ini

Anderson Bridge dibanngun pada tahun 1910 untuk menghubungkan wilayah ini dengan Civic District

Saat menyusuri tepi Sungai Singapura, pandangan saya tertuju pada deretan patung perunggu yang tersebar di sepanjang promenade. Masing-masing patung menggambarkan adegan kehidupan masa lalu Singapura dengan penuh ekspresi dan detail. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah karya berjudul First Generation ciptaan Chong Fah Cheong, yang menampilkan sekelompok anak laki-laki sedang melompat riang ke sungai. Patung ini membangkitkan kenangan akan masa ketika sungai bukan hanya pusat perdagangan, tapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Patung-patung ini merupakan bagian dari proyek Open-Air Sculpture Trail yang diprakarsai oleh Singapore Tourism Board, bertujuan mengenang sejarah sosial dan ekonomi negara ini melalui karya seni publik. Di sekitarnya, pengunjung juga dapat menemukan patung-patung lain yang menggambarkan pedagang kaki lima, pekerja pelabuhan, hingga para pendatang awal, semua menghadirkan gambaran hidup tentang masa-masa awal Singapura sebagai kota pelabuhan. Langkah saya kemudian membawa saya melintasi dua jembatan bersejarah yang kini menjadi ikon kota. Yang pertama adalah Cavenagh Bridge, dibangun pada tahun 1869, dan dikenal sebagai jembatan tertua di Singapura yang masih mempertahankan bentuk aslinya. Jembatan ini diberi nama berdasarkan nama Gubernur terakhir Straits Settlements yang ditunjuk oleh East India Company, Mayor Jenderal William Orfeur Cavenagh. Dibuat dari besi cor dengan desain khas era kolonial, jembatan ini dahulu menjadi penghubung penting antara sisi utara dan selatan kota. Tak jauh dari sana berdiri Anderson Bridge yang lebih megah, dibangun pada tahun 1910 untuk menggantikan jembatan lama dan mengakomodasi lalu lintas yang semakin padat. Kedua jembatan ini kini dilestarikan sebagai monumen nasional, menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang Singapura—dari kota pelabuhan kecil menjadi pusat bisnis global yang modern dan dinamis.

Gedung Fullerton Hotel ini dibangun pada tahun 1928 sebagai Kantor Pos utama di Singapore

Hotel warisan bersejarah ini kini berdiri kokoh di antara gedung-gedung pencakar langit moden

Saat berjalan semakin dekat ke muara Sungai Singapura, tampak bangunan The Fullerton Hotel yang berdiri megah di tepi sungai. Hotel bergaya neoklasik ini dulunya merupakan kantor pos utama yang selesai dibangun pada tahun 1928, dan kini telah dialihfungsikan menjadi hotel warisan mewah yang memancarkan nuansa klasik. Dengan fasad putih yang elegan, pilar-pilar tinggi, dan sejarah panjang yang menyertainya, Fullerton menjadi pemandangan kontras yang menarik di tengah deretan gedung pencakar langit modern di kawasan Raffles Place, seakan mempertemukan jejak masa kolonial dengan kekuatan finansial masa kini. Di seberang sungai, bangunan dengan kubah unik yang langsung mencuri perhatian adalah Esplanade – Theatres on the Bay. Gedung seni pertunjukan ini sering dijuluki “durian” oleh warga lokal karena bentuk atapnya yang menyerupai kulit buah berduri tersebut. Diresmikan pada awal 2000-an, Esplanade menjadi pusat seni ternama di Singapura yang rutin menyelenggarakan konser, teater, hingga festival budaya. Keberadaan Hotel Fullerton yang sarat sejarah, gedung-gedung tinggi di sekelilingnya, serta desain futuristik Esplanade menciptakan lanskap visual yang memikat—menceritakan perjalanan transformasi Singapura dari kota pelabuhan kolonial menjadi kota kosmopolitan yang penuh dinamika. Menjelang tiba di Merlion Park, saya menjadi sadar bahwa Sungai Singapura bukan sekadar aliran air, melainkan lorong hidup yang merekam jejak sejarah, ekonomi, dan budaya kota ini. Dari jembatan tua yang dilestarikan, patung-patung perunggu yang penuh makna, hingga gedung-gedung pencakar langit dan pusat seni modern, setiap langkah yang kita tempuh di sepanjang tepian sungai ini mengisahkan perubahan jaman. Sungai yang dahulu menjadi urat nadi perdagangan kini berubah menjadi simbol perkembangan kota. Dan dengan Merlion yang sudah tampak di depan mata, saya pun siap menutup perjalanan menyusuri tepian sungai di titik ikonik yang mencerminkan semangat dan identitas negeri mungil nan luar biasa ini.

The Esplanade yang dibuka tahun 2002 ini terletak di seberang sungai dengan bentuk atapnya yang khas



Singapore River Walk
Raffles Place

Lokasi Raffles Place, Singapura

Jam Buka 
Setiap hari, 24 jam (area publik)
Toko, tempat makan, kantor dan bank memiliki jam buka masing-masing





Comments

Popular Posts