Skip to main content

Featured

[ID] Som Tam di Tiap Sudut Bangkok, Pengalaman Kuliner yang Segar dan Seru

Makanan Thailand Favorit Saya Beberapa tahun lalu, saya sempat tinggal di Thailand selama beberapa bulan, dan sejak itu saya cukup akrab dengan cita rasa khas masakan Thailand. Meskipun secara umum profil rasanya tidak jauh berbeda dari hidangan Indonesia atau Asia Tenggara lainnya, selalu ada sesuatu yang istimewa saat kembali ke Thailand dan menikmati langsung kekayaan kulinernya.  Di Jakarta sendiri, makanan Thailand cukup mudah ditemukan di mana banyak pusat perbelanjaan besar yang memiliki setidaknya satu restoran Thailand. Sebagian besar restoran ini bahkan dengan bangga menampilkan sertifikasi “Thai Select”, sebuah penanda resmi dari Kementerian Perdagangan Thailand yang menjamin keaslian cita rasa dan pengalaman bersantap, baik di dalam maupun luar negeri.  Namun, makanan bukan hanya soal rasa. Suasana, pemandangan, dan bunyi-bunyian di sekitar juga memberi pengalaman tersendiri saat menyantapnya. Itulah mengapa saya begitu antusias menyambut perjalanan saya ke Bangkok...

[ID] Menjelajahi The Ancient City di Samut Prakan, TMII-nya Thailand

TMII Versi Thailand di Samut Prakan

Sering kita mendengar pernyataan bahwa jika ingin menjelajahi seluruh Indonesia dalam satu hari, datang saja ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Tapi tahukan Anda bahwa di Thailand juga ada taman serupa di mana kita bisa merasakan pengalaman mengunjungi seluruh pelosok Thailand hanya dalam satu hari juga? Tempat wisata yang saya maksud ini bernama The Ancient City atau dikenal juga sebagai Muang Boran, yang terletak di provinsi Samut Prakan di luar kota Bangkok. Tempat wisata ini berada di lahan yang cukup luas, yang mencapai 96 hektar dan menjadi salah satu museum ruang terbuka yang terbesar di dunia. Taman budaya yang berbentuk menyerupai peta negara Thailand ini berada sekitar 35 kilometer di sebelah tenggara kota Bangkok dan kali ini saya menggunakan fasilitas van transportasi bersama (sharing) untuk seluruh perjalanan saya seharian ke provinsi ini. Cara lain untuk mencapai Ancient City adalah dengan menggunakan sarana transportasi BTS dengan rute Sukhumvit Line sampai ke Stasiun Kheha, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan menggunakan taksi umum atau taksi online untuk sisa 5 kilometer menuju lokasi. Muang Boran ini dikelola oleh Ancient City Group yang sama dengan pengelola Museum Erawan yang telah kita bahas di postingan sebelum ini. 

Kedua tempat wisata sejarah dan budaya ini merupakan perwujudan dari visi Lek Viriyaphant, seorang pengusaha terkemuka Thailand yang memiliki kepedulian besar terhadap warisan budaya bangsanya. Dibandingkan dengan Museum Erawan, Muang Boran dibangun beberapa dekade lebih awal dan pertama kali dibuka untuk umum pada tahun 1972, setelah hampir sembilan tahun masa pembangunan. Sosok yang akrab disapa Khun Lek ini merasa prihatin terhadap menurunnya moral dan kesadaran akan pentingnya budaya di dunia modern, terutama dengan semakin berkembangnya semangat materialistis dan pengaruh budaya Barat. Sebagai jawaban atas permasalahan tersebut, ia membangun Muang Boran dan sejumlah proyek pelestarian budaya lainnya dengan harapan dapat menjaga serta menghidupkan kembali kebudayaan Thailand agar menjadi panutan bagi generasi muda. Ia meyakini bahwa perubahan sejati hanya dapat terwujud melalui usaha bersama, layaknya membangun sebuah bukit dari butiran-butiran tanah.

Ini bukan di Grand Palace namun ini adalah replika dari Istana Dusit Maha Prasat di Bangkok

Muang Boran dihiasi arsitektur tradisional dari berbagai penjuru Thailand seperti Paviliun Phra Kaew ini

Visi Khun Lek: Melestarikan Warisan Budaya Thailand Lewat Karya Nyata

Khun Lek lahir pada tahun 1914 dari keluarga keturunan Tionghoa di kawasan Sampeng, Bangkok. Kecintaannya terhadap seni dan budaya mulai tumbuh saat beliau menempuh pendidikan di Tiongkok, dan sekembalinya ke Thailand, beliau mulai mengoleksi barang-barang antik serta berupaya untuk melestarikannya. Dari semangat ini, lahirlah sebuah museum yang menggambarkan kekayaan seni, budaya, dan arsitektur tradisional Thailand. Khun Lek terlibat langsung dalam proses pengembangan proyek ini, dengan memperhatikan berbagai detail rancangan, latar belakang sejarah, serta makna simbolis yang terkandung di dalamnya. Selama lebih dari sepuluh tahun, beliau menjelajahi berbagai penjuru Thailand, ditemani oleh sekelompok ilmuwan dan budayawan, untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam mewujudkan visinya. 

Hasil dari kerja keras tersebut adalah sebuah taman budaya yang merepresentasikan berbagai bangunan tradisional Thailand, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok: (1) bangunan asli yang direlokasi dan dibangun ulang di lokasi ini, (2) replika dari bangunan yang masih ada atau berdasarkan informasi sejarah dari struktur asli yang telah rusak atau hancur, serta (3) karya-karya yang merupakan hasil imajinasi kreatif Khun Lek sendiri. Pembangunan museum ruang terbuka ini dimulai pada tahun 1963, dan sejak saat itu Ancient City terus berkembang dengan ditambahkannya berbagai replika dan instalasi budaya lainnya dari waktu ke waktu. Saat kunjungan saya, beberapa bangunan dan area sedang mengalami proses renovasi dan pembaruan, untuk menggantikan struktur lama yang mulai rusak, hal yang wajar mengingat usia taman ini telah mencapai lebih dari enam dekade.

Bangunan asli dari Istana Sanphet Prasat ini di Ayutthaya telah hancur pada tahun 1767

Gedung mewah ini menjadi lokasi Raja Rama IX menjamu Ratu Elizabeth II pada tahun 1972

Menjelajahi Ancient City Dengan Lebih Mudah

Untuk memudahkan pengunjung menjelajahi area yang sangat luas, pihak pengelola menyediakan layanan tram gratis yang membawa kita berkeliling ke sejumlah titik penting dengan waktu singgah yang singkat di beberapa lokasi. Namun, bagi pengunjung yang menginginkan fleksibilitas lebih dalam menjelajah, tersedia juga pilihan penyewaan sepeda, sepeda listrik (e-bike), maupun golf cart (buggy). Saya pribadi memilih menggunakan buggy karena paling nyaman, terutama karena saya datang saat siang hari ketika cuaca cukup panas dan lembab. Agar kunjungan lebih maksimal, ada baiknya membawa botol minum sendiri, memakai topi dan kacamata hitam, serta tidak lupa menggunakan tabir surya. Setiap pengunjung akan menerima peta fisik saat memasuki area Ancient City, namun satu tips penting—terutama jika waktu kunjungan Anda terbatas—adalah merencanakan rute terlebih dahulu. Sebelum datang ke Muang Boran, saya sudah mengunduh peta digital dan menandai spot-spot yang paling menarik bagi saya.

Situs resmi Muang Boran juga sangat membantu karena menyediakan pratinjau untuk setiap lokasi yang ada di taman ini, lengkap dengan rekomendasi tempat yang layak dikunjungi. Ini memudahkan saya menyusun prioritas, sekaligus menyisakan ruang untuk berhenti secara spontan bila menemukan spot menarik di luar rencana. Dengan perencanaan seperti ini, saya merasa bisa memanfaatkan waktu kunjungan dengan jauh lebih efisien di taman budaya yang begitu luas ini.

Beberapa lokasi seperti Pavilion of the Enlightened ini merupakan perwujudan hasil imajinasi Khun Lek

Perpaduan simbolisme spiritual dan arsitektur juga diwujudkan dalam landmark Gunung Sumeru ini

Menjelajah Jejak Sejarah Thailand Melalui Lima Zona Wilayah

Muang Boran dibagi secara sistematis ke dalam lima zona geografis yaitu kawasan Utara, Timur Laut, Tengah, Timur, dan Selatan yang mencerminkan pembagian wilayah asli Thailand. Setiap zona menampilkan situs-situs bersejarah yang direkonstruksi dengan cermat, mencakup berbagai periode penting dalam sejarah peradaban Thailand seperti era Lopburi, Lanna, Lan Chang, Sukhothai, Ayutthaya, Thonburi, dan Rattanakosin. Tempat pertama yang saya kunjungi di Ancient City adalah salah satu yang paling istimewa, yaitu Sanphet Prasat Palace. Meskipun dibangun dalam skala yang lebih kecil, replika istana ini direkonstruksi dengan sangat teliti berdasarkan bukti arkeologis dan catatan sejarah, menggambarkan bentuk asli dari istana utama di awal masa Kerajaan Ayutthaya yang dibangun atas perintah Raja Boromatrai Lokanat. Istana aslinya dihancurkan saat Ayutthaya diserbu pasukan Burma pada tahun 1767. Replika megah yang berdiri di Muang Boran ini tidak hanya menampilkan detail arsitektur dan interior yang indah, tetapi juga memiliki nilai sejarah tersendiri—karena di sinilah Raja Bhumibol Adulyadej menyambut kunjungan Ratu Elizabeth II pada tanggal 11 Februari 1972. Peristiwa kenegaraan antara dua pemimpin dengan masa pemerintahan terlama di dunia ini sekaligus menjadi momen pembukaan resmi Ancient City.

Paviliun putih nan elegan ini, Phra That Mondop, merupakan salah satu titik spiritual di Muang Boran

Patung Khun Lek Viriyaphant dan istrinya, Prapai, ini adalah penghormatan bagi pendiri taman budaya ini

Paviliun Pencerahan dan Imajinasi Spiritual Khun Lek

Salah satu sorotan paling berkesan dari kunjungan saya ke Muang Boran justru bukanlah replika dari bangunan bersejarah, melainkan sebuah mahakarya unik hasil imajinasi Khun Lek sendiri—Paviliun Pencerahan (Pavilion of the Enlightened). Terletak di zona barat taman budaya ini, paviliun di atas air ini terinspirasi dari kisah Buddhis Mahāyāna tentang 500 bhikkhu yang mencapai Nirvāṇa melalui jalan hidup mereka masing-masing. Pesan yang ingin disampaikan begitu kuat: apa pun latar belakang, perjalanan, dan pencapaian seseorang, pencerahan tetap mungkin untuk diraih oleh siapa saja. Paviliun berwarna hijau keemasan ini berdiri anggun di atas kolam tenang, tampak seperti mengambang dan memancarkan suasana damai yang selaras dengan simbolisme spiritual yang dibawanya. Dengan detail arsitektur yang rumit dan lingkungan yang tenang, paviliun ini menjadi salah satu ikon paling terkenal di Muang Boran yang sering muncul di berbagai kartu pos, poster promosi, hingga ulasan pengunjung. Meskipun saya tidak membawa drone untuk menangkap pemandangan dari udara, saya tetap merasa puas bisa menjelajahinya dengan berjalan kaki dan mengabadikan momen lewat banyak foto yang tak kalah mengesankan.

Replika megah Wihara Wat Phumin dari Nan ini menghadirkan pesona khas Thailand Utara ke Muang Boran

Wihara kayu tradisional Wat Chiang Khong ini direlokasi langsung dari Chiang Rai

Gunung Sumeru sebagai Penggambaran Simbol Kosmis Spiritual

Di saat kita di Indonesia memiliki Gunung Semeru di Jawa Timur, di Muang Boran ini kita menemukan versi penggambaran spiritualnya dalam bentuk Gunung Sumeru. Kedua gunung ini merujuk pada Gunung Meru, poros semesta suci dalam kosmologi Hindu-Buddha yang dipercaya sebagai pusat dari segala kehidupan. Salah satu landmark paling mencolok di Muang Boran ini terletak tak jauh dari Pavilion of the Enlightened. Dibangun berdasarkan imajinasi Khun Lek, Gunung Sumeru berdiri megah di atas kolam yang merepresentasikan lautan kosmis Nathi Si Thandorn, dan dikelilingi oleh makhluk mitologi raksasa berbentuk ikan-ular bernama Anondha, yang diyakini menopang dunia di atas samudra semesta.

Di puncak gunung berdiri Phaichayon Maha Prasat, istana surgawi yang dirancang secara detail sebagai tempat bersemayamnya dewa Sakka (Indra), sang penguasa langit yang dipercaya akan turun ke dunia untuk membantu umat manusia di masa-masa sulit. Dalam kepercayaan Thai kuno, Gunung Sumeru berada di pusat jagat raya dan bertumpu di atas punggung makhluk mitologi tersebut. Rekonstruksi Gunung Sumeru di Muang Boran ini tidak hanya menjadi sajian visual yang memukau, tetapi juga sarat dengan simbolisme spiritual yang menggambarkan keseimbangan alam, tatanan ilahi, dan kekuatan tak terlihat yang menopang kehidupan di dunia.

Patung dewa-dewi bergaya Tionghoa ini menghadirkan kedamaian di tengah keberagaman budaya Muang Boran

Hutan Ramayana ini menggambarkan Ramakien, interpretasi lokal dari cerita epik Hindu tersebut

Lebih dari Sekadar Miniatur, Ragam Atraksi Budaya dan Kuliner

Secara keseluruhan, terdapat lebih dari 100 titik menarik yang bisa dikunjungi di kawasan Muang Boran, mulai dari bangunan tradisional, istana, chedi, hingga kuil-kuil bersejarah. Salah satu replika yang cukup mencuri perhatian adalah versi mini dari Dusit Maha Prasat atau bagian dari Grand Palace, yang dibangun berdasarkan desain asli dari masa pemerintahan Rama I di awal era Rattanakosin. Selain arsitektur, berbagai patung dan instalasi keagamaan yang dipengaruhi oleh ajaran Buddha, Hindu, serta kepercayaan tradisional Thailand juga tersebar di seluruh area taman ini. Beberapa di antaranya adalah Taman Ramayana, Mondop Avalokitesvara Bodhisattva (Kuan-Yin), dan Paviliun 80 Yogi, yang semuanya merepresentasikan kekayaan spiritual dan nilai-nilai luhur yang masih dijunjung tinggi dalam budaya Thailand.

Lebih dari sekadar mengagumi bangunan megah, Muang Boran juga menawarkan pengalaman budaya yang immersif, memungkinkan pengunjung merasakan nuansa kehidupan tradisional Thailand dari berbagai sisi. Salah satunya adalah area pasar terapung tradisional, di mana deretan perahu kayu berjejer di tepian kanal, menjajakan berbagai camilan lokal, buah tropis, kerajinan tangan, hingga oleh-oleh khas dalam suasana yang membawa nostalgia ke masa lalu komunitas sungai Thailand. Bagi yang berkunjung hingga tengah hari, Pavilion Restaurant menjadi pilihan makan siang yang nyaman sekaligus elegan. Terletak di area tengah taman, restoran ini menyuguhkan pemandangan indah dan menyediakan menu prasmanan khas Thailand yang bervariasi mulai dari kari, tumisan, hingga hidangan penutup segar, semuanya disajikan di ruang makan indoor yang tenang dan sejuk.
Peta Muang Boran ini menjadi pendamping yang penting untuk menjelajahi taman yang luas ini dan membantu para pengunjung merencanakan rute, menemukan spot-spot utama, dan memaksimalkan pengalaman mereka

Menjelajahi Thailand dalam Sehari

Untuk semakin memperkaya pengalaman budaya, Muang Boran juga menyediakan layanan penyewaan kostum tradisional Thailand. Pengunjung dapat memilih berbagai busana khas dari berbagai wilayah di Thailand, lengkap dengan detail yang cantik dan autentik. Mengenakan pakaian tradisional ini tidak hanya menambah keindahan dalam foto—terutama di tengah paviliun berhias ukiran atau di antara replika reruntuhan kuno—tetapi juga menciptakan koneksi emosional dengan kisah dan warisan budaya yang tertanam dalam setiap bangunan di taman ini.

Baik Anda seorang pencinta sejarah, pecinta budaya, atau sekadar mencari pelarian tenang dari hiruk pikuk kota Bangkok, Muang Boran menawarkan pengalaman yang memperkaya batin dan pikiran. Terletak tidak terlalu jauh dari ibu kota, museum terbuka ini memungkinkan kita menjelajahi miniatur arsitektur ikonik dari seluruh Thailand, semuanya dalam satu hari. Di tempat ini, masa lalu dijaga dengan penuh cinta, mitologi dihidupkan kembali, dan setiap sudutnya menyimpan cerita baru yang siap untuk ditemukan. Dengan perpaduan antara edukasi, refleksi, dan hiburan, kunjungan ke Ancient City akan meninggalkan kesan mendalam—sekaligus mengingatkan kita akan keindahan abadi dan kekayaan spiritual warisan budaya Thailand.



Ancient City (Muang Boran)
เมืองโบราณ

Lokasi 296, 1 Sukhumvit Rd, Bang Pu Mai, Distrik Mueang Samut Prakan, Samut Prakan, Thailand

Jam Operasional
Setiap hari, 09.00 sampai dengan 19.00
Loket ditutup jam 18.00
* (Waktu dalam THA = Thailand Standard Time GMT+7)

Tiket Masuk
Dewasa- 800 Baht
Anak-anak - 400 Baht





Comments

Popular Posts