Skip to main content

Featured

[ID] Jejak Rasa Surabaya, Kuliner yang Tak Lekang Waktu (Bagian 2)

Perjalanan wisata kuliner di Surabaya begitu bervariasi, dari institusi legendaris hingga warung kaki lima yang dicintai banyak orang. Setelah mencicipi sambal pedas dan udang goreng renyah di Depot Bu Rudy, menikmati gurihnya bebek goreng di Bebek Palupi, serta merasakan nasi mawut krengsengan ala Pak Kumis, perjalanan saya berlanjut ke tiga favorit lainnya: ayam goreng kampung khas Ayam Goreng President, suasana nostalgia kopitiam di Kedai Ciamso, dan segarnya Es Teler Tanjung Anom. Masing-masing menghadirkan cita rasa dari jiwa kuliner kota ini yang berbeda-beda, namun bersama-sama mereka menunjukkan bagaimana Surabaya meramu tradisi, kenangan, dan kenyamanan sehari-hari dalam budaya makannya. Ayam goreng yang disajikan dengan sambal pedas, kecap manis, dan nasi hangat adalah hidangan pilihan saya Ayam Goreng President Legenda Ayam Goreng Meski Surabaya dikenal dengan sejumlah rumah makan yang menjual bebek goreng yang ikonik, kota ini juga memiliki sejumlah tempat yang tersohor den...

[ID] Iman yang Bertumbuh Bersama Santo Thomas Rasul di Paroki Bojong Indah

Asal-usul Paroki Bojong Indah

Salah satu paroki tetangga dari paroki asal saya, Kosambi Baru, adalah Paroki Bojong Indah. Jarak antara kedua gereja paroki ini bahkan kurang dari tujuh kilometer. Menariknya, Paroki Kosambi Baru sebenarnya lahir sebagai hasil dari pemekaran wilayah pelayanan Paroki Bojong Indah. Sebelum berdiri sebagai paroki mandiri, Paroki Bojong Indah ini sendiri merupakan bagian dari Paroki Cengkareng yang lebih tua—yang sudah kita bahas dalam tulisan sebelumnya. Kini, paroki ini melayani umat Katolik di kawasan hunian yang terus berkembang, mencakup wilayah Bojong Indah, Kembangan, dan Puri Indah. Pelayanan pastoral dan liturgi di paroki ini dijalankan oleh para imam diosesan dari Keuskupan Agung Jakarta, sehingga arah bimbingan rohani selalu selaras dengan visi keuskupan secara menyeluruh. Dengan akar sejarah yang saling terkait dengan paroki-paroki tetangga dan bimbingan dari Keuskupan Agung, Paroki Bojong Indah telah menjadi bagian penting dalam kisah perjalanan umat Katolik di Jakarta Barat.

Bagian depan gereja ini menjadi pusat paroki yang bertumbuh di kawasan Bojong Indah 

Gereja dimulai dari bedeng yang sederhana hingga akhirnya diberkati pada tahun 1992

Pendirian Gereja Santo Thomas Rasul

Untuk memahami perjalanan Paroki Bojong Indah saat ini, kita perlu menengok kembali ke awal berdirinya paroki ini. Seperti telah disinggung sebelumnya, paroki ini lahir sebagai pemekaran dari wilayah pelayanan Paroki Cengkareng. Menjelang akhir tahun 1970-an, jumlah umat Katolik di kawasan Bojong Indah terus bertambah, seiring dengan pembangunan kompleks perumahan yang berkembang pesat di wilayah ini. Pada tahun 1981, Uskup Agung Mgr Leo Sukoto, SJ secara resmi menetapkan Bojong Indah sebagai paroki baru. Sejak saat itu, kegiatan ibadat rutin mulai dilaksanakan di berbagai lokasi sementara, seperti sekolah Trinitas dan Lamohot, serta di rumah-rumah umat. Guna menjawab kebutuhan komunitas yang terus bertumbuh, rencana pembangunan gereja pun mulai digagas. Dalam beberapa tahun berikutnya, sejumlah lahan berhasil diperoleh secara bertahap untuk mendukung proses pembangunan. Sebuah bangunan sementara (bedeng) sederhana juga sempat didirikan sebagai tempat ibadat sementara.

Namun, proyek pembangunan gedung gereja sempat tertunda karena harus menunggu sampai Gereja Trinitas di Paroki Cengkareng rampung dibangun. Sambil menunggu kelanjutan proyek utama, dibangunlah sebuah gua Maria dengan nama “Maria Bunda Penebus,” yang dilengkapi patung Pietà sebagai tempat doa dan permenungan yang tenang. Pembangunan gereja dimulai pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1992. Bangunan berbentuk segi delapan ini dirancang oleh Johan Gunawan dan Irene Gunawan, dengan kapasitas hingga 1.000 orang. Pada tanggal 23 Agustus 1992, Gereja Santo Thomas Rasul diberkati secara khidmat oleh Mgr Leo Sukoto, SJ dan menjadi tonggak penting dalam sejarah perjalanan Paroki Bojong Indah.

Keempat Penginjil di panti imam ini menjadi pengingat akan Injil sebagai landasan iman
 
Aksen marmer berwarna lembut yang ada di gereja ini juga tampak pada Jalan Salib ini

Desain yang Menuntun Iman dalam Firman

Di dalam gereja, desainnya mencerminkan kesederhanaan sekaligus kekhusyukan. Lipatan langit-langit serta deretan bangku kayu gelap yang tersusun simetris, seolah mengarahkan pandangan menuju altar yang ditinggikan. Di pusat panti imam terdapat sebuah salib besar yang mencolok, dipasang di depan latar lengkung yang megah. Di sisi kiri dan kanan salib, terdapat karya seni yang menggambarkan empat Penginjil yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, yang menegaskan fondasi Kitab Suci yang menjadi dasar gereja ini. Warna-warna yang dipillih lembut dan tidak mencolok, namun tetap mampu membangun suasana yang mendalam dan reflektif.

Meski saya belum pernah menyaksikannya secara langsung karena tidak dinyalakan saat saya mengunjungi gereja ini, penelusuran saya secara daring menunjukkan adanya penggunaan pencahayaan yang penuh makna liturgis di bingkai sekitar salib dan bingkai para Penginjil. Cahaya ini tampaknya dapat disesuaikan mengikuti kalender liturgi Gereja—putih saat Paskah, hijau saat minggu biasa dan warna-warna lain yang mencerminkan nuansa rohani setiap musim. Penambahan pengaturan cahaya yang halus namun bermakna ini memperdalam suasana ruang ibadah, membimbing umat secara visual dalam irama peribadatan dan permenungan sesuai dengan teladan pelindung gereja ini, Santo Thomas Rasul.


Santo Thomas Rasul sebagai pelindung gereja menjadi sumber inspirasi bagi umat

Gua Maria Bunda Penebus ini menjadi tempat devosi yang tenang dalam keheningan doa

Santo Thomas Rasul, Dari Keraguan Menuju Iman Mendalam

Santo Thomas Rasul adalah salah satu dari dua belas rasul Yesus Kristus. Lahir di Galilea, Yudea, Thomas yang juga dikenal sebagai Didymus, yang berarti “Si Kembar”, menjadi pengikut Yesus yang setia. Meski sering dikenang karena keraguannya setelah kebangkitan Yesus, kisah hidupnya pada akhirnya mencerminkan iman yang mendalam dan keyakinan yang teguh. Ketika para rasul lainnya memberitahu bahwa Yesus telah bangkit, Thomas dengan tegas berkata, “"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yohanes 20:25). Namun saat Yesus menampakkan diri kepadanya, Thomas pun berseru dengan takjub dan penuh hormat, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).

Menurut tradisi, Thomas melintasi batas Kekaisaran Romawi untuk mewartakan Injil di India. Ia diyakini wafat sebagai martir di Chennai (dahulu Madras), India pada tahun 76 M, dan dihormati sebagai pelindung umat Kristiani di India. Sebagai pelindung Paroki Bojong Indah, Santo Thomas mewujudkan semangat pencarian kebenaran melalui iman. Warisannya menginspirasi komunitas paroki untuk menghayati refleksi rohani dan kesaksian yang berani, terutama di tengah ketidakpastian. Dedikasi gereja kepada beliau menjadi pengingat bahwa keraguan, ketika dihadapi dengan kasih karunia, dapat mengarah pada iman yang mendalam.

Gedung karya pastoral ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat

Di sudut sunyi ini, devosi kepada Santo Peregrinus berlabuh memohon kesembuhan

Kesaksian Iman Santo Thomas dan Paroki Bojong Indah

Saat ini, patung pelindung paroki berdiri tegak di belakang gereja, tepat di depan gedung karya pastoral, dan di dekat Gua Maria. Diberkati pada tahun 2022, patung ini menjadi penghormatan visual atas warisan abadi Santo Thomas Rasul. Di bawah patung tersebut terukir sabda Yesus kepada Thomas: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29)—sebuah pengingat yang menyentuh tentang iman yang melampaui keraguan.

Sementara itu, Gua Maria sebagai struktur pertama yang dibangun di kompleks gereja ini telah direnovasi menjadi ruang doa yang tenang dan tertutup. Tempat ini menawarkan suasana yang lebih intim untuk refleksi, menarik umat dan pengunjung dalam momen-momen hening penuh rahmat. Dalam semangat keterbukaan, paroki juga menyelenggarakan Misa berbahasa Inggris dua kali sebulan—pada Sabtu pertama dan ketiga—menyambut umat beriman dari berbagai latar belakang di Jakarta Barat untuk masuk dalam persekutuan yang lebih dalam.

Santo Thomas Rasul mungkin tidak memiliki perahu seperti Petrus, atau keberanian seperti Andreas. Hidupnya yang ditandai oleh kehati-hatian dan keterbatasan membuatnya ragu atau terkadang bersiap untuk menghadapi hal yang terburuk. Banyak yang salah paham dan hanya mengenalnya sebagai “si peragu,” padahal kisahnya menyimpan makna yang jauh lebih dalam: seorang pribadi yang berani bertanya, dan melalui pertanyaan itu, menemukan kebenaran sejati. Di gereja yang didedikasikan atas namanya, warisan Santo Thomas tetap hidup, bukan sebagai peringatan terhadap keraguan, melainkan sebagai kesaksian akan kasih karunia yang menyapa kita di tengah ketidakpastian. Perjalanannya mengingatkan kita bahwa iman bukanlah ketiadaan pertanyaan, melainkan keberanian untuk mencari jawaban di hadapan Kristus.




Paroki Bojong Indah
Gereja Santo Thomas Rasul

Lokasi Jl Pakis Raya Blok G5 No 20, Rawa Buaya, Jakarta Barat 

Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, 16.00 WIB*
(Misa dalam Bahasa Inggris setiap hari Sabtu pertama dan ketiga)
Minggu, 06.00 WIB, 08.30 WIB, 11.00 WIB, 16.00 WIB



Comments