Featured
- Get link
- X
- Other Apps
[ID] Balai Pemuda Surabaya dan Warisan Kolonial yang Hidup di Tengah Kota
Kota Surabaya Yang Penuh Kenangan
| Sejarah Balai Pemuda berawal dari Simpangsche Societeit, klub eksklusif warga Eropa di Hindia Belanda |
| Bangunan dengan kubah ikonik ini ditancang oleh Westmaes dan dibangun pada tahun 1907 |
Balai Pemuda, Ikon Kota Yang Bersejarah
Salah satu tempat yang saya kunjungi kembali adalah Balai Pemuda, sebuah gedung yang sudah akrab bagi saya selama beberapa belas tahun tinggal di Surabaya. Bangunan ini berdiri di sudut Jalan Gubernur Suryo dan Jalan Pemuda, tepat di jantung kawasan kolonial kota. Meski telah mengalami berbagai revitalisasi, pesona warisan budayanya tetap terasa dan kini menjadi ruang pertemuan yang hidup bagi penggiat seni, anak muda, dan komunitas kota. Lebih dari sekadar ikon budaya, Balai Pemuda bagi saya juga menyimpan kenangan pribadi di mana kantor pertama saya dulu hanya berjarak beberapa langkah dari bangunan ini, menjadikannya bagian dari keseharian saya di masa awal bekerja saat itu. Sebelum direvitalisasi, Balai Pemuda juga pernah menjadi lokasi Surabaya 21, sebuah bioskop yang menjadi bagian dari kenangan warga kota termasuk saya sendiri.
Balai Pemuda memiliki sejarah yang panjang di mana bangunan ini pertama kali berdiri pada tahun 1907 dengan nama Simpangsche Societeit, sebuah klub kolonial yang diperuntukkan bagi kalangan elit Eropa, khususnya masyarakat Belanda, di kawasan Simpang. Kawasan ini sejak masa Hindia Belanda memang menjadi pusat pemerintahan di wilayah kota Surabaya, dengan hadirnya bangunan penting seperti Balai Kota Surabaya yang selesai dibangun pada tahun 1927 dan Gedung Grahadi yang bahkan sudah berdiri sejak tahun 1795, yang hingga kini masih digunakan sebagai kantor Gubernur Jawa Timur. Bangunan-bangunan tersebut membentuk pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda di Surabaya, dengan Simpangsche Societeit sebagai simbol eksklusivitas dengan gaya hidup kolonial Eropa. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini berubah fungsi dan nama menjadi Balai Pemuda—sebuah pergeseran makna yang mendalam, dari klub kolonial tertutup menjadi ruang terbuka bagi ekspresi seni, kreativitas, dan kehidupan masyarakat kota.
| Sejak direvitaslisasi pada tahun 2020, Alun-Alun Surabaya kini menjadi pusat budaya dan seni di Surabaya |
| Kompleks ini juga menjadi lokasi dari Masjid As-Sakinah dan Gedung DPRD Surabaya |
Peran Balai Pemuda dalam Perjuangan Para Pemuda
Pada tahun 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, gedung ini direbut oleh para pemuda Surabaya yang tergabung dalam Pemuda Republik Indonesia (PRI). Balai Pemuda kemudian dijadikan markas perjuangan rakyat dan menjadi titik kumpul dalam perlawanan terhadap upaya Belanda untuk kembali menguasai Indonesia. Peran pentingnya terlihat jelas dalam Pertempuran Surabaya, November 1945, ketika semangat pemuda menjadikan gedung ini simbol perlawanan. Dari sinilah nama Balai Pemuda lahir, sebuah “Gedung Pemuda” yang hingga kini tetap melekat. Bangunan yang dahulu menjadi lambang eksklusivitas kolonial, perlahan berubah menjadi ruang hiburan dan kebersamaan bagi masyarakat Surabaya.
Arsitektur dan Gaya Bangunan
Balai Pemuda dirancang oleh arsitek Belanda bernama Westmaes, dan menjadi salah satu bangunan pertama di Surabaya yang menggunakan konstruksi rangka baja. Kubah mahkota ikoniknya mencerminkan pengaruh kuat gaya Gothic Eropa, dipadukan dengan pendekatan New Indies yang menyesuaikan desain dengan iklim tropis Surabaya. Bangunan asli yang selesai pada 1907 sebagai Simpangsche Societeit menampilkan lengkungan tinggi, fasad berornamen, serta ruangan yang luas yang menjadi ciri khas klub sosial Eropa pada masa itu. Kemudian, pada 1929, ditambahkan sayap baru dengan gaya arsitektur yang lebih modern. Perpaduan ini menciptakan kontras menarik antara desain kolonial bergaya Gothic dengan garis-garis bersih dari tambahan yang lebih modern, menjadikan Balai Pemuda unik dalam lanskap arsitektur kota.
| Perpustakaan Kota Surabaya ini buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga jam 7 malam |
| Setelah sempat tertabrak mobil, air mancur di perempatan yang ramai ini kembali menghiasi jalan raya |
Revitalisasi dan Peran Baru Alun-Alun Surabaya
Dalam beberapa tahun terakhir, Balai Pemuda kembali mengambil peran penting dalam lanskap kota Surabaya. Pada 17 Agustus 2020, bertepatan dengan peringatan 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia, Wali Kota saat itu Tri Rismaharini meresmikan kembali kompleks Alun-Alun Surabaya, dengan Balai Pemuda sebagai pusatnya. Revitalisasi ini mengubah kawasan tersebut menjadi ruang publik yang hidup, dirancang untuk melayani warga maupun pengunjung. Kini, kompleks ini memiliki ruang bawah tanah multifungsi yang digunakan untuk pertunjukan, pameran, dan kegiatan komunitas. Di atasnya, plaza dan ruang terbuka sering menjadi panggung bagi pertunjukan seni, acara tradisional, dan aktivitas anak muda sehingga meneruskan warisan Balai Pemuda sebagai pusat aktivitas dan kreativitas generasi muda. Perpaduan antara arsitektur bersejarah dan fasilitas modern mencerminkan komitmen Surabaya untuk menjaga masa lalu sekaligus menyambut masa depan.
Fasilitas di Dalam Kompleks Alun-Alun Surabaya
Di dalam kompleks Balai Pemuda terdapat sejumlah fasilitas yang memperkaya fungsinya, di antaranya:
- Dewan Kesenian Kota Surabaya (DKKS) – ruang bagi seniman dan komunitas budaya untuk berkarya, berdiskusi, dan merayakan semangat kreatif kota.
- Perpustakaan Kota Surabaya – berdiri di belakang bangunan utama, tepat di atas ruang bawah tanah, menyediakan lingkungan modern untuk belajar dan akses pengetahuan publik.
- Rumah Bahasa Surabaya – menawarkan pendidikan bahasa gratis bagi warga dan pekerja, mulai dari bahasa asing hingga bahasa isyarat, membuka peluang keterhubungan global.
- Pusat Informasi Pariwisata Surabaya (Surabaya Tourism Information Center) – menjadikan Balai Pemuda bukan hanya landmark budaya, tetapi juga pusat edukasi, kreativitas, dan koneksi masyarakat.
| Revitalsasi Alun-Alun Surabaya juga menghadirkan ruang multifungsi bawah tanah seluas 3.000 meter persegi ini |
Penutup
Kunjungan singkat saya ke Surabaya kembali mengingatkan bahwa sebuah kota tidak pernah berhenti bertumbuh, namun tetap menyimpan kenangan bagi mereka yang pernah menjadikannya tempat tinggal. Balai Pemuda, dengan berbagai sejarahnya sejak masa kolonial hingga perannya kini dalam kompleks Alun-Alun Surabaya yang direvitalisasi, menjadi simbol kesinambungan sekaligus perubahan. Berdiri di tengah kompleks bersejarah itu, saya merasakan bagaimana warisan masa lalu berpadu dengan kehidupan kota masa kini. Bagi saya, kembali ke Balai Pemuda bukan sekadar menapaktilasi jejak lama di Surabaya, tetapi juga menyaksikan bagaimana kota ini terus menghormati sejarahnya sambil merangkul masa depan. Sebuah pengingat bahwa tempat, sama seperti manusia, menyimpan cerita yang selalu layak untuk dikenang dan dikunjungi kembali.
- Get link
- X
- Other Apps
Popular Posts
[EN] Merlion at Marina Bay Waterfront, The Iconic Symbol of Singapore
- Get link
- X
- Other Apps
[EN] Saint Matthias The Apostle Church, My Home Parish
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment