Rencana Mengikuti Misa di Surabaya
Sesaat setelah tiba di Surabaya pada Sabtu malam, saya sudah menyadari bahwa keesokan hari akan dimulai dengan mengikuti misa mingguan di gereja. Setelah memeriksa Google Maps, saya menemukan bahwa gereja Katolik terdekat dari hotel saya, Kampi Hotel Tunjungan (lihat postingan sebelumnya untuk ulasan saya), adalah Gereja St. Vincentius a Paulo di Sawahan. Namun, saya memilih untuk mengikuti Misa di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus yang merupakan gereja induk Keuskupan Surabaya sekaligus takhta uskupnya.
Gereja Katedral Hati Kudus Yesus secara resmi ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah kota Surabaya pada tahun 2013, sebagai penghargaan atas nilai arsitektur dan sejarahnya. Meski telah berdiri lebih dari seratus tahun, katedral ini bukanlah gereja Katolik tertua di Surabaya. Status itu dimiliki oleh Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria di Kepanjen, yang sudah berdiri lebih dari tiga dekade sebelumnya.
 |
| Paroki Hati Kudus Yesus (HKY) dibangun pada tahun 1921 dan kini menjadi gereja induk Keuskupan Surabaya |
 |
| Porta Sancta ini menjadi salah satu yang pertama saya kunjungi selama Tahun Yubileum 2025 |
Lokasi dan Lingkungan Katedral
Katedral Hati Kudus Yesus terletak di Jalan Polisi Istimewa, tidak jauh dari Raya Darmo yang merupakan salah satu boulevard utama Surabaya. Lingkungan sekitarnya dipenuhi dengan berbagai institusi Katolik yang bersejarah dan berpengaruh di kota ini. Di samping katedral berdiri Biara Soverdi Surabaya, rumah induk Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) di Jawa Timur, sementara sejumlah sekolah-sekolah Katolik ternama seperti St. Louis, Santa Maria, dan Santa Katarina, serta Universitas Katolik Widya Mandala terletak di sekitaran wilayah ini.
Gereja ini lebih dikenal dengan sebutan Gereja Katedral atau Gereja HKY—singkatan dari Hati Kudus Yesus, nama resmi dari gereja ini. Awalnya, katedral ini didirikan sebagai pengembangan dari Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria di Kepanjen, yang pada awal 1910-an sudah tidak mampu lagi menampung umat Katolik yang semakin bertumbuh di Surabaya. Proses pemilihan lokasi untuk gereja baru memakan waktu hampir delapan tahun, sebelum akhirnya diputuskan untuk membangunnya di lokasi ini di Jalan Polisi Istimewa, yang kala itu dikenal sebagai Anita Boulevard.
 |
Pada awalnya, gereja ini dilayani oleh imam CM dari kongregasi yang didirikan Santo Vincentius a Paulo itu
|
 |
Arsitektur Katedral Surabaya ini dipengaruhi oleh gaya Gotik dan Romanesque dari awal abad ke-20
Sejarah Pendirian GerejaPeletakan batu pertama proyek pembangunan gereja berlangsung pada tanggal 11 Agustus 1920 dan dipimpin oleh R.P. Fleerakkers, S.J. yang menjabat sebagai Prefek Apostolik pertama Surabaya. Gereja ini kemudian resmi diberkati dan diresmikan pada 21 Juli 1921 oleh Mgr. Edmundus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Batavia, yang memberikan nama “Gereja Hati Kudus Yesus Surabaya.” Katedral ini dirancang untuk menampung sekitar 900 umat, yang mencerminkan pertumbuhan komunitas Katolik di Surabaya pada masa itu. Rancangan Katedral Hati Kudus Yesus disiapkan oleh Ed Cypress Bureau dengan denah lantai berbentuk persegi panjang, sementara konstruksi bergaya basilikanya dikerjakan oleh firma arsitektur Huswit-Fermont.
Secara arsitektural, Katedral Hati Kudus Yesus memadukan pengaruh Gotik dan Romanesque, yang diadaptasi dalam gaya Kolonial Belanda awal abad ke-20. Bentuk basilika, lengkungan bulat, serta garis vertikal yang menjulang memberikan kesan kokoh sekaligus megah, menjadikannya salah satu landmark cagar budaya paling khas di Surabaya. Seiring waktu, katedral ini mengalami beberapa renovasi penting—pertama pada tahun 1951 di bawah Mgr. Verhoeks, CM, dan kemudian setelah serangan granat oleh anggota Partai Komunis Indonesia pada 1967. Hingga kini, katedral terus berkembang melalui pembaruan dan renovasi yang hati-hati, dengan tetap menjaga warisan yang menjadikannya landmark iman yang abadi. |
 |
| Pemerintah Kota Surabaya menetapkan gereja ini sebagai Cagar Budaya pada tahun 2013 |
 |
| Ini adalah pertama kalinya saya mengikuti misa di gereja ini meskipun lokasinya tidak jauh dari kos saya dulu |
Pelayanan Awal oleh Kongregasi CM
Pada masa awal berdiri, Katedral Hati Kudus Yesus dilayani oleh para imam Lazarist atau Vincentian, kongregasi yang sama yang menggembalakan umat di Gereja Santa Perawan Maria di Kepanjen. Congregatio Missionis (CM) ini didirikan di Paris, Prancis, oleh Santo Vincentius a Paulo pada tahun 1625. Mereka meletakkan dasar bagi berdirinya Prefektur Apostolik Surabaya pada tahun 1928, yang kemudian berkembang menjadi keuskupan penuh pada 1961. Saat ini, katedral berada di bawah penggembalaan imam diosesan, dengan takhta uskup yang berpusat di sini.
Meski saya pernah tinggal di Surabaya selama beberapa belas tahun, saya belum pernah menghadiri Misa di katedral ini, menjadikan kunjungan kali ini terasa semakin bermakna. Saya sering singgah di pagi hari untuk berdoa di Gua Maria, biasanya bersama rekan kerja sebelum berangkat ke kantor. Namun, Misa setiap minggu lebih sering saya ikuti di Gereja Santa Maria Tak Bernoda di Ngagel, yang lebih dekat dengan rumah kos saya. Kini, ketika melihat ke belakang, saya bertanya-tanya mengapa dulu saya tidak pernah mencari kesempatan untuk hadir di katedral, padahal jaraknya tidaklah terlalu jauh.
 |
| Jendela kaca patri ini mencerminkan lambang penanda sejarah berdirinya Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya |
 |
| Pada tahun 2022, Gua Maria yang ada di Gereja HKY direlokasi ke lokasi yang lebih modern ini |
Misa Pagi Pertama di Katedral Surabaya
Saya tiba di katedral cukup awal, karena Misa dimulai pukul 06.00 pagi. Seiring waktu, ini telah menjadi kebiasaan saya: sebisa mungkin saya memilih menghadiri Misa pagi paling awal, biasanya pukul 06.00 atau 07.00 pagi. Pada jam tersebut, saya merasa bahwa suasana terasa lebih khidmat, dengan sebagian besar umat berasal dari generasi yang lebih tua, menciptakan suasana yang lebih tenang dibandingkan Misa berikutnya yang dipenuhi keluarga dan anak-anak. Begitu pula di sini, katedral tidak terlalu ramai saat misa pertama di hari Minggu pagi tersebut.
Misa diawali dengan Doa Angelus, devosi tradisional untuk mengenang peristiwa Inkarnasi melalui pewartaan malaikat Gabriel kepada Perawan Maria. Saat doa dilantunkan, lonceng gereja berdentang, suaranya bergema kencang di dalam ruang kudus gereja. Pada saat itu juga, saya merinding merasakan getaran yang luar biasa, seolah ritme iman yang sakral bergema bukan hanya di ruang gereja, tetapi juga di dalam jiwa. Gua Maria, yang dahulu berada di dalam kompleks katedral tempat saya sering berhenti berdoa bertahun-tahun lalu, dipindahkan pada tahun 2022 ke lokasi baru yang lebih modern di samping gereja. Suasana barunya terasa lebih nyaman, mengundang baik generasi tua maupun muda untuk berkumpul dalam devosi yang hening.
Iman yang Bertumbuh Seiring Perubahan Kota
Ketika kembali mengunjungi Gua Maria di lokasi barunya yang lebih megah ini, saya menjadi sadar dan tersentuh oleh bagaimana pembaharuan ini menjadi semakin terasa saat kembalinya saya di Gereja HKY setelah bertahun-tahun. Surabaya pun telah banyak berubah, gedung-gedung dan lokasi wisata yang baru, serta ritme kota yang semakin kental, namun banyak sudut kota tetap terasa akrab, mengingatkan pada kota Surabaya yang dulu saya tinggali. Demikian juga dengan iman saya yang membawa saya kembali ke gereja ini sebagai seorang Katolik yang telah dibaptis penuh, saya menemukan perubahan sekaligus kesinambungan yang berpadu indah dalam kunjungan ini. Setelah akhirnya menghadiri Misa di katedral, saya merasakan sebuah pemenuhan batin, kedamaian yang seakan membuka kebebasan baru. Dengan itu, saya dapat melangkah lebih lapang untuk menjelajahi Surabaya, seolah setiap jalan dan sudut menjadi bagian dari ziarah saya.
Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya
Gereja Katedral Surabaya
Lokasi Jalan Polisi Istimewa No 17, Surabaya, Tegalsari Jawa Timur, Indonesia
Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, 18.00 WIB
Minggu, 06.00 WIB, 08.00 WIB, 10.00 WIB, 16.30 WIB, 18.30 WIB
Comments
Post a Comment