Skip to main content

Featured

[ID] Jejak Rasa Surabaya, Kuliner yang Tak Lekang Waktu (Bagian 2)

Perjalanan wisata kuliner di Surabaya begitu bervariasi, dari institusi legendaris hingga warung kaki lima yang dicintai banyak orang. Setelah mencicipi sambal pedas dan udang goreng renyah di Depot Bu Rudy, menikmati gurihnya bebek goreng di Bebek Palupi, serta merasakan nasi mawut krengsengan ala Pak Kumis, perjalanan saya berlanjut ke tiga favorit lainnya: ayam goreng kampung khas Ayam Goreng President, suasana nostalgia kopitiam di Kedai Ciamso, dan segarnya Es Teler Tanjung Anom. Masing-masing menghadirkan cita rasa dari jiwa kuliner kota ini yang berbeda-beda, namun bersama-sama mereka menunjukkan bagaimana Surabaya meramu tradisi, kenangan, dan kenyamanan sehari-hari dalam budaya makannya. Ayam goreng yang disajikan dengan sambal pedas, kecap manis, dan nasi hangat adalah hidangan pilihan saya Ayam Goreng President Legenda Ayam Goreng Meski Surabaya dikenal dengan sejumlah rumah makan yang menjual bebek goreng yang ikonik, kota ini juga memiliki sejumlah tempat yang tersohor den...

[ID] Jejak Rasa Surabaya, Kuliner yang Tak Lekang Waktu (Bagian 1)

Bagi banyak orang, Surabaya dianggap sebagai salah satu kota dengan kekayaan kuliner terbaik di negeri ini. Sebagai kota besar yang dinamis, Surabaya menawarkan spektrum pengalaman bersantap yang luas, mulai dari restoran fine dining yang mewah, kafe cantik yang kekinian, hingga rumah makan kasual modern yang mencerminkan keberagaman komunitas kota. Banyak juga yang percaya bahwa jiwa kuliner sejati Surabaya justru hidup di depot-depot tradisional, warung-warung sederhana yang menyajikan makanan rumahan, serta deretan penjaja kaki lima yang menghadirkan cita rasa khas kota ini. Lapisan pengalaman inilah yang menjadikan budaya kuliner Surabaya bukan hanya beragam, tetapi juga berakar kuat pada warisan tradisi.

Tak heran bila TasteAtlas—media kuliner internasional yang dikenal mengarsipkan hidangan tradisional, bahan dan bumbu lokal, serta restoran autentik di seluruh dunia—menempatkan Surabaya di peringkat ke-34 dalam daftar 100 Best Food Cities tahun 2024–2025. Menyusuri jalan-jalan kota, mencicipi hidangan sambil menjelajah, saya merasakan bagaimana setiap rasa membawa kenangan sekaligus tradisi—sebuah gema yang menegaskan mengapa Surabaya layak berada di panggung kuliner dunia. Berikut adalah beberapa restoran dan hidangan yang saya nikmati dalam perjalanan singkat kuliner saya di Surabaya.

Nasi mawut adalah hidangan lokal yang memadukan nasi goreng dan mi goreng dalam satu piring

Nasi Goreng Pak Kumis
Nasi Goreng Warung Kaki Lima

Hidangan pertama yang saya cicipi dalam perjalanan singkat ke Surabaya berada hanya beberapa langkah dari Kampi Hotel Tunjungan tempat saya menginap (untuk ulasan hotelnya dapat dibaca pada postingan saya sebelum ini). Persinggahan kuliner saya di Nasi Goreng Pak Kumis dekat Joko Dolog dan Taman Apsari benar-benar klasik Surabaya. Terkenal dengan nasi goreng krengsengan yang kaya rasa, sajian ini disajikan sederhana namun penuh cita rasa, sering kali dilengkapi telur goreng di atasnya. Dinikmati di warung pinggir jalan yang sederhana, pengalaman ini menangkap esensi kuliner kaki lima Surabaya—tempatnya mungkin biasa, tetapi rasanya tak terlupakan. Nasi goreng seringkali disebut sebagai hidangan nasional Indonesia dan dengan biasanya dihidangkan dengan ragam variasi lokal yang tak terhitung jumlahnya di seluruh nusantara.

Kali ini saya memilih nasi mawut, yaitu sajian khas lokal di mana nasi goreng dan mi goreng dimasak bersama dalam satu wajan. Nama “mawut” berarti “acak-acakan,” mencerminkan perpaduan tekstur dan rasa yang unik. Keistimewaannya terletak pada bumbu bergaya krengsengan olahan Jawa yang berakar pada kecap manis, bawang putih, bawang merah, dan rempah aromatik, sering diperkaya dengan petis udang. Perpaduan ini menghadirkan rasa manis karamel, gurih mendalam, dan aroma yang menggoda. Disajikan sederhana dengan segelas teh panas di warung kecil, hidangan ini terasa hangat, penuh rasa, dan menjadi contoh sempurna bagaimana kuliner kaki lima Surabaya memadukan tradisi dengan kenyamanan sehari-hari.

Lokasi Jl Taman Apsari No 25, Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Jam Buka
Setiap hari, 17.00 WIB - 24.00 WIB 

Harga
Nasi mawut Rp 15,000
Teh panas Rp 5,000

Nasi empal udang dengan sambal bawang yang lezat ini adalah hidangan legendaris dari Depot Bu Rudy

Nasi pecel menggugah kenangan dengan rebusan sayur segar, rempeyek, dan bumbu kacang yang kaya rasa

Dari awal sederhana, Depot Bu Rudy berkembang menjadi ikon kuliner dengan beberapa cabang di pelosok kota

Depot Bu Rudy
Kuliner Jawa Timur

Salah satu tempat makan yang selalu saya kunjungi setiap kali berada di Surabaya adalah Depot Bu Rudy yang legendaris. Kini dengan beberapa cabang di berbagai sudut kota, Depot Bu Rudy bukan sekadar rumah makan, melainkan simbol semangat kuliner khas Surabaya yang berani dan lahir dari akar lokal. Hidangan Bu Rudy sudah menjadi sumber kenyamanan sejak masa kuliah saya di Surabaya. Dulu saya sering mampir ke cabang asli di Dharmahusada, namun kali ini saya memilih lokasi yang lebih baru di Kupang Indah. Perjalanan Bu Rudy dari masa penuh kesulitan hingga mencapai ketenaran kuliner begitu menyentuh hati masyarakat, dan sajian ikoniknya, Nasi Udang Sambal Bawang, tetap tak tergantikan: nasi hangat dengan udang goreng renyah dan sambal bawang yang pedas membara. Sambal ini begitu populer hingga dijual dalam kemasan toples dengan foto Bu Rudy dan tutup kuning khasnya, tersebar ke seluruh penjuru negeri. Rasanya berani, pedas, dan penuh kenangan akan kota ini. Kali ini saya menambahkan empal ke dalam hidangan khas ini, dan hasilnya sungguh nikmat. Pedasnya sambal berpadu indah dengan manisnya empal, sementara udang memberi tekstur renyah dan rasa umami. Setiap suapan seakan membawa saya mengenang kota yang pernah cukup lama saya tinggali ini.

Depot Bu Rudy juga menyajikan beragam hidangan klasik khas Jawa Timur. Salah satu makanan tradisional dari provinsi asal saya tersebut adalah Nasi Pecel Sayur dengan perpaduan sayuran rebus—bayam, tauge, kacang panjang—yang disiram sambal kacang pedas nan melimpah. Versi Jawa Timur dikenal berani dan membara, mencerminkan semangat masyarakatnya. Saya menikmatinya bersama nasi hangat dan rempeyek renyah, dan suapan pertama langsung mengingatkan pada suasana pasar pagi serta penjual pecel di pinggir jalan. Sederhana, bergizi, dan berakar kuat pada warisan kuliner kita.

Tak hanya hidangan utama, banyak orang juga datang untuk menikmati camilan khas Bu Rudy. Salah satunya adalah Pisang Goreng Madu—pisang goreng karamel dengan madu manis lengket berwarna kecoklatan. Bagi pengunjung dari Jakarta, sajian ini mungkin terasa familiar, karena juga terkenal di sana lewat seorang “Ibu” legendaris lainnya. Yang membuat kisah ini semakin indah adalah kenyataan bahwa kedua ikon kuliner tersebut bukanlah pesaing, melainkan sahabat dekat. Persahabatan mereka semanis pisang goreng yang mereka sajikan, menjadi pengingat bahwa makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang ikatan yang tercipta karenanya.

Dan tentu saja, jangan lupa membawa pulang oleh-oleh khas Surabaya. Depot Bu Rudy juga menyediakan beragam camilan tradisional yang cocok dijadikan buah tangan. Mulai dari sambal bawang legendaris Bu Rudy dalam toples dengan tutup kuning khasnya, aneka kerupuk, kacang berbumbu, hingga bumbu masakan tradisional. Semua ini pas untuk dibawa pulang dan dibagikan bersama keluarga, menghadirkan kembali cita rasa Surabaya di rumah.

Lokasi Jl Raya Kupang Indah No 19, Dukuhpakis, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Jam Buka
Setiap hari, 07.00 WIB - 21.00 WIB 

Harga
Nasi udang empal Rp  38,500
Nasi pecel empal Rp 38,500
Teh panas Rp 10,000 



Di Bebek Palupi, bebek goreng yang renyah dipadukan dengan sambal pedas menjadi hidangan khas Surabaya

Nasi bungkus berisi bebek goreng—cara klasik orang Indonesia menikmati makanan saat bepergian

Bebek Goreng Palupi
Spesialis Bebek Goreng

Salah satu unggulan kuliner tradisional Surabaya adalah bebek goreng. Dikenal dengan kulitnya yang renyah dan dagingnya yang lembut, dan biasanya disajikan bersama sambal dan nasi, hidangan ini telah menjadi ikon kuliner kota. Bebek goreng Surabaya banyak dipengaruhi oleh tetangganya, Madura, yang juga menjadikan bebek goreng sebagai kebanggaan kulinernya. Pengaruh itu terlihat jelas pada racikan bumbu dan kecintaan terhadap sambal, namun Surabaya tetap berhasil membentuk identitasnya sendiri. Jika versi Madura kaya dengan bumbu hitamnya dan sambal mangga yang segar, maka bebek goreng Surabaya terkenal dengan kulitnya yang garing serta sambal bawang yang pedas.

Di antara sekian banyak penjual bebek goreng di Surabaya, salah satu yang paling terkenal adalah Bebek Goreng Palupi. Berlokasi di kawasan Rungkut, Surabaya Selatan, warung sederhana ini telah menyajikan bebek goreng legendaris sejak tahun 1996. Sering masuk daftar kuliner yang wajib dicoba di Surabaya, Palupi dikenal dengan rasa bebeknya yang gurih, tekstur renyah, dan bumbu khas yang membuat setiap piring tak terlupakan. Disajikan bersama nasi hangat dan sambal, hidangan ini benar-benar mencerminkan semangat kuliner Surabaya yang berani. Pengunjung bisa memilih bagian dada atau paha, bahkan tersedia porsi besar bagi yang ingin lebih puas. Kali ini, karena belum waktunya makan siang, saya memutuskan untuk membungkusnya dan dibawa kembali ke hotel—menjadi seporsi nasi bungkus tradisional yang menenangkan. Nasi hangat, sambal, dan bebek goreng renyah yang terlipat rapi dalam bungkusan kertas minyak terasa seperti sebagian Surabaya yang siap dinikmati kapan saja.

Lokasi Jl Rungkut Asri Tengah No.10, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Jam buka
Setiap hari, 10.00 WIB - 22.00 WIB

Harga
Bebek goreng (dada) Rp 27,000
Nasi putih Rp 4,000



Tiga kunjungan ini, ke Nasi Goreng Pak Kumis, ke Depot Bu Rudy yang legendaris, dan Bebek Goreng Palupi yang selalu ramai, benar-benar menangkap esensi cita rasa Surabaya yang berani sekaligus menenangkan. Setiap hidangan bukan hanya menghadirkan rasa, tetapi juga kenangan, mengingatkan saya pada masa kuliah, tahun-tahun awal bekerja, dan budaya kuliner kota yang penuh warna. Dan ini baru permulaan. Pada bagian berikutnya dari perjalanan kuliner saya di Surabaya, saya akan mengajak Anda ke beberapa destinasi kuliner favorit lokal lainnya, dari warung kaki lima sederhana hingga rumah makan ikonik, tempat di mana semangat arek-arek Suroboyo terus bersinar dalam setiap suapan. Nantikan kelanjutannya, karena perjalanan kuliner ini masih berlanjut.

Comments