Sebelum Gereja Santo Matias Rasul di Jakarta Barat menjadi paroki tempat saya bernaung, gereja pertama yang saya datangi saat baru pindah ke Jakarta adalah Gereja Maria Bunda Karmel—atau yang akrab disebut MBK. Meskipun sama-sama berada di wilayah Jakarta Barat, letak MBK sedikit lebih dekat ke pusat kota dibandingkan Gereja Santo Matias, meski keduanya termasuk dalam Dekanat Jakarta Barat II. MBK merupakan salah satu dari hanya dua gereja di Jakarta yang secara aktif dilayani oleh Ordo Karmel. Satu lagi adalah Gereja Maria Kusuma Karmel (MKK) yang berada dalam naungan Paroki Meruya. Para Karmelit juga memiliki komunitas di Wisma Karmel, Jalan Tosiga, Kebon Jeruk, yang juga menjadi pusat aktivitas Carmelite Center Jakarta—sebuah tempat pembinaan rohani, retret, dan pendidikan teologi. Menariknya, hubungan saya dengan tradisi Karmelit sudah dimulai sejak masa SMA, ketika saya bersekolah di SMA Katolik Santo Albertus di Malang, yang juga dikelola oleh Ordo Karmel. Ketika pertama kali pindah ke Jakarta, saya biasa mengikuti Misa di MBK. Meskipun kini saya tidak lagi rutin hadir di sana, berdoa dan beribadah di MBK pada masa-masa awal di kota ini memberi saya rasa keberlanjutan spiritual yang menenangkan, menyambung kembali semangat Karmel yang telah saya kenal sejak masa sekolah.
 |
Gereja MBK ini adalah gereja yang pertama saya kunjungi di Jakarta
|
 |
Gereja ini berlokasi di samping komplek sekolah Sang Timur di Kebon Jeruk
|
Paroki Tomang didirikan sebagai hasil pemekaran dari Paroki Grogol, setelah adanya pembicaraan pada tahun 1970 antara Keuskupan Agung Jakarta dan Ordo Karmel untuk memulai sebuah paroki baru yang akan dikelola oleh tarekat tersebut. Gereja ini dirancang oleh Han Awal, arsitek ternama Indonesia yang dikenal sebagai pelopor arsitektur modern di Indonesia, dengan gaya yang menggabungkan nilai-nilai budaya lokal dan pendekatan modern. Dalam proyek Gereja MBK ini, Han Awal bekerja sama dengan Vincent Winarko sebagai arsitek pelaksana. Pembangunan gereja dimulai dengan peletakan batu pertama pada 21 Oktober 1979, dan secara resmi diberkati serta diresmikan pada 14 September 1980 oleh Uskup Agung Jakarta saat itu, Mgr. Leo Soekoto, S.J., bersama Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo. Desain arsitektur MBK mencerminkan jiwa spiritualitas Karmel yang mendalam, yang diekspresikan melalui berbagai simbol yang memiliki makna khusus. Bentuk bangunan yang menyerupai kemah melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya, sementara bagian dalam gereja yang berbentuk setengah lingkaran menggambarkan Perjamuan Terakhir, menegaskan makna gereja sebagai tempat persekutuan dan perjumpaan dengan Kristus.
 |
Bentuknya menyerupai kemah sebagai ruang suci tempat Allah berjumpa dengan umat-Nya. |
 |
Paroki Tomang adalah salah satu dari dua paroki di Jakarta yang dilayani oleh Tarekat Karmel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Paroki ini memiliki visi Umat Paroki sebagai Gereja yang tangguh, dimana semua unsurnya berperan dalam mewujudkan Komunitas Basis terutama di lingkungan-lingkungan. Pada masa awalnya, misa dilangsungkan di sebuah bangunan sementara yang sederhana, yang oleh umat dijuluki sebagai "Gereja Betlehem"—melambangkan awal yang sederhana namun sarat makna, seperti tempat kelahiran Kristus. Fase awal inilah yang menjadi fondasi tumbuhnya paroki yang dinamis dan berkembang pesat. Seiring waktu, paroki ini mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada tahun 1993, jumlah umat mencapai sekitar 15.000 jiwa. Demi melayani umat yang semakin bertambah, pada tahun 1994 MBK memfasilitasi pendirian paroki baru di Meruya. Meskipun terjadi pemekaran, MBK tetap berkembang, dengan umat yang aktif dalam berbagai kegiatan rohani dan sosial. Sebuah proyek renovasi besar dimulai pada tahun 2003 dan rampung pada Desember 2004, mencakup pembaruan gedung gereja, pastoran, dan kantor paroki—dengan arahan dari Arsitek Vincent Winarko. Pada tahun 2009, sebuah aula baru dibangun, dilengkapi dengan kapel Santa Theresia Lisieux dan ruang adorasi. Perbaikan lainnya menyusul, seperti renovasi toilet dan penggantian bangku dengan model yang memiliki bantalan lutut lipat, hasil dari dukungan dan sumbangan umat.
 |
Arsitekturnya memadukan gaya modernis dengan keindahan kontemplatif tradisi Karmel | |
|
 |
Gua Maria Bunda Karmel yang indah ini terletak di sisi gereja
|
Stasi Taman Anggrek—yang secara resmi bernama Stasi St. Fransiskus Asisi—merupakan perpanjangan dari paroki MBK. Terletak di dalam Mall Taman Anggrek yang ramai, stasi ini telah menjadi tempat spiritual bagi umat Katolik yang tinggal di apartemen dan lingkungan perkotaan sekitarnya. Awalnya, stasi ini muncul pada pertengahan tahun 2000-an sebagai respons atas kebutuhan pastoral umat Katolik yang semakin banyak tinggal di hunian bertingkat tinggi. Sebagai jawaban, beberapa umat yang berdedikasi mulai mengadakan pertemuan doa kecil di unit apartemen mereka. Awal yang sederhana ini kemudian berkembang menjadi perayaan liturgi rutin, yang menjadi dasar keberadaan stasi tersebut. Tonggak penting dicapai pada tanggal 29 Oktober 2024, ketika seluruh aktivitas Stasi Taman Anggrek resmi dipindahkan ke Kapel Maria Bintang Laut yang diresmikan dan diberkati oleh Uskup Agung Kardinal Ignatius Suharyo. Untuk mendukung komunitas yang semakin berkembang, MBK juga meluncurkan aplikasi mobile yang memudahkan umat untuk tetap terhubung dengan jadwal Misa, pengumuman paroki, dan berbagai informasi langsung dari ponsel mereka.
 |
MBK telah menjalani proyek renovasi untuk memperbarui gereja yang dibangun tahun 1980 ini
|
 |
Sejak saat itu, Gereja MBK telah melahirkan Gereje MKK dan Stasi Taman Anggrek
|
Sebagai salah satu dari dua paroki yang dikelola oleh Ordo Karmel di Jakarta, Paroki Tomang terus bersinar sebagai rumah rohani yang berakar pada tradisi kontemplatif sekaligus pelayanan aktif. Dengan jangkauannya yang terus berkembang—sekarang mencakup tempat-tempat seperti Kapel Maria Bintang Laut di Taman Anggrek—paroki ini merangkul lanskap perkotaan yang terus berubah sambil tetap setia pada misinya. Baik melalui liturgi yang khidmat, pembentukan komunitas, maupun keindahan arsitekturnya, MBK menawarkan tempat kedamaian dan doa di tengah jantung kota. Bagi saya, keterikatan dengan paroki ini terasa sangat berarti, mengingat saya pernah menempuh pendidikan di sekolah yang dikelola oleh Ordo Karmel, sehingga perjumpaan di Jakarta ini terasa seperti kelanjutan benang rohani yang dimulai sejak lama di Malang. Bagi banyak orang, paroki ini bukan hanya sekadar gereja, tetapi juga sebagai jangkar rohani di tengah hiruk-pikuk kehidupan metropolitan.
Paroki Tomang
Gereja Maria Bunda Karmel
Lokasi Jalan Karmel Raya 2, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, 06.30 WIB, 09.00 WIB
Minggu, 06.30 WIB, 09.00 WIB, 11.30 WIB, 06.30 WIB, 09.00 WIB
Comments
Post a Comment