Featured
- Get link
- X
- Other Apps
[ID] Mengenal Santo Anselmus dari Canterbury: Uskup Agung dan Guru Gereja
Latar Belakang Pendidikan Katolik Saya
Seperti yang mungkin sudah saya bagikan dalam beberapa tulisan sebelumnya, saya mengenyam pendidikan di sekolah Katolik sejak usia dini. Dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Pertama, selama sebelas tahun saya belajar di lembaga pendidikan yang dikelola oleh para Suster Ursulin. Setelah itu, saya melanjutkan pendidikan selama tiga tahun di Sekolah Menengah Atas Katolik yang berada di bawah naungan yayasan yang terafiliasi dengan Ordo Karmelit. Pada masa itu, orang tua saya sebenarnya tidak terlalu religius. Namun, seiring berjalannya waktu, keduanya akhirnya menerima iman Kristen menjelang akhir hidup mereka. Saya pertama kali mengikuti kelas katekumen saat berusia 14 tahun. Namun hanya setelah mengikuti beberapa kali pertemuan awal, saya memutuskan untuk berhenti. Bukan karena dilarang secara langsung oleh ayah saya, tetapi responsnya yang cenderung acuh membuat saya ragu dan berpikir ulang. Tahun demi tahun berlalu, tertunda oleh kesibukan sekolah, pekerjaan, dan tanggung jawab lainnya. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk kembali mengikuti kelas katekumen di paroki tempat saya tinggal sekarang, Santo Matius Rasul.
Santo Anselmus dari Canterbury (1033-1109), terukir di bagian luar bangunan Katedral Canterbury Foto oleh Karen Arnold, melalui World History Encyclopedia (CC BY-SA 4.0) |
Proses Pembinaan yang Mengubah Hidup
Santo Anselmus digambarkan dalam jendela kaca patri di Katedral Chester di Inggris (1916) Foto oleh Wolfgang Sauber melalui World History Encyclopedia (CC BY-SA 4.0) |
Siapakah Santo Anselmus dari Canterbury?
Kisah hidup St. Anselmus digambarkan dalam 16 panel jendela kaca patri di Katedral Quimper, Brittany, Perancis Foto oleh Thesupermat melalui Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0) |
Dari Bec Menuju Canterbury
Saat berusia 27 tahun, Anselmus bergabung dengan biara Benediktin di Bec, Normandia, untuk belajar di bawah asuhan prior terkenal, Lanfranc. Ketika Lanfranc kemudian dipindahkan ke biara baru di Caen, para biarawan di Bec, meski sempat ragu karena usia Anselmus yang masih muda, akhirnya memilihnya sebagai prior. Lima belas tahun kemudian, ia diangkat menjadi abbas. Di bawah kepemimpinannya, Bec berkembang menjadi pusat intelektual dan spiritual terkemuka, menarik murid dari berbagai wilayah Eropa. Selama masa ini, Anselmus menulis dua karya teologis terbesarnya, Monologion dan Proslogion, serta berbagai tulisan lainnya. Reputasinya bahkan disebut telah melampaui gurunya sendiri, Lanfranc. Pada tahun 1093, Anselmus mengunjungi Inggris untuk mendirikan biara baru di Chester. Namun di luar rencana awalnya, ia justru diangkat menjadi Uskup Agung Canterbury oleh Raja William II, menggantikan posisi yang kosong sejak wafatnya Lanfranc pada 1089. Awalnya ia menolak, tetapi akhirnya menerima dengan beberapa syarat: pengembalian tanah-tanah milik Gereja yang disita raja, pengakuan raja terhadap otoritas Paus Urbanus II, dan kebebasan dalam memberi nasihat spiritual.
Katedral Canterbury di Kent, Inggris di mana Santo Anselmus pernah menjabat sebagai Uskup Agung Foto oleh Hans Musil melalui Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0) |
Sebagai uskup agung, Anselmus tetap memegang teguh idealismenya sebagai biarawan—kerendahan hati, doa, disiplin intelektual—dan sangat vokal dalam mendorong reformasi Gereja. Masa kepemimpinannya bersamaan dengan puncak Kontroversi Investitur, sebuah konflik besar di Eropa tentang siapa yang berhak mengangkat uskup: Paus atau raja. Keteguhannya membuatnya berbenturan dengan Raja William II dan penerusnya, Raja Henry I, bahkan sampai harus menjalani pengasingan dua kali. Namun dalam masa-masa sulit itu, Anselmus tetap berusaha menjadi penengah antara takhta Inggris dan Paus. Ia mencari titik temu tanpa mengorbankan prinsip kebebasan Gereja. Usahanya turut membantu membuka jalan bagi batas yang lebih jelas antara kewenangan gereja dan negara. Dalam masa pengasingan inilah ia menulis salah satu karya teologinya yang terkenal, Cur Deus Homo (Mengapa Allah Menjadi Manusia).
Makam peringatan Santo Anselmus di Katedral Canterbury ini terbuat dari bahan marmer dari Aosta Foto oleh Ealdgyth melalui Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0) |
Warisan dan Pengakuan Resmi Gereja
Anselmus wafat pada Hari Rabu Suci, 21 April 1109, dan dimakamkan di Katedral Canterbury, tempat di mana ia pernah memimpin sebagai Uskup Agung. Di katedral ini, kini terdapat kapel khusus yang didedikasikan untuk mengenang dirinya. Kapel tersebut menampilkan jendela kaca patri modern yang menggambarkan sang santo, serta altar dari marmer gelap yang berasal dari Aosta, kampung halamannya di Italia. Meskipun Anselmus sudah dihormati sebagai santo secara lokal sejak lama, baru pada tahun 1494 pengakuan resmi berupa kanonisasi diberikan oleh Paus Aleksander VI. Lalu pada 1720, Paus Klemens XI menyatakan Anselmus sebagai Pujangga Gereja, mengakui besarnya kontribusi teologisnya. Hari rayanya dirayakan setiap 21 April, baik oleh Gereja Katolik maupun Anglikan.
Makna Personal yang Terus Hidup
Kisah hidup dan warisan intelektual Anselmus telah menjadi inspirasi bukan hanya bagi para teolog dan filsuf, tetapi juga bagi siapa pun yang mencari kebenaran lewat akal dan iman. Bagi saya, memilih nama Anselmus sebagai nama baptis bukan sekadar bentuk penghormatan terhadap seorang pemikir besar Gereja, melainkan juga cara saya meresapi semangat ketekunan dan kebijaksanaan yang ia miliki—satu perpaduan antara nalar, kerendahan hati, dan iman yang saya harap dapat terus saya bawa dalam perjalanan iman pribadi saya.
- Get link
- X
- Other Apps
Popular Posts
[EN] Saint Matthias The Apostle Church, My Home Parish
- Get link
- X
- Other Apps
[ID] Gereja Lingkungan Saya, Gereja Santo Matias Rasul
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment