Featured
- Get link
- X
- Other Apps
[ID] Pintu Gerbang Utama Indonesia, Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno–Hatta
Mengintip Lokasi dan Akses Bandara Soekarno–Hatta
Airport Rail Link atau kereta bandara ini menghubungkan Bandara Soetta dengan beberapa stasiun di Jakarta |
Menghubungkan Bandara dan Pusat Kota Jakarta
Layanan kereta api bandara yang secara resmi dikenal sebagai Soekarno–Hatta Airport Rail Link ini menghubungkan bandara dengan Stasiun Manggarai di Jakarta Pusat, dengan beberapa pemberhentian di sepanjang rute yaitu di stasiun BNI City, Duri, Rawa Buaya, dan Batu Ceper. Sejak beroperasi pada tahun 2017, kereta bandara ini membuat perjalanan menuju maupun dari bandara jauh lebih dapat diprediksi dibanding harus berjibaku dengan jalanan macet khas Jakarta. Rutenya memanfaatkan sekitar 24 km jalur eksisting KRL antara Stasiun Manggarai dan Stasiun Batu Ceper, lalu dilanjutkan dengan 12 km jalur baru yang khusus dibangun untuk menghubungkan langsung ke Stasiun Bandara Soekarno–Hatta. Layanan ini dioperasikan oleh PT Kereta Commuter Indonesia, anak perusahaan dari PT KAI. Perjalanan dari bandara ke Manggarai memakan waktu sekitar 45–55 menit dengan jadwal keberangkatan setiap setengah jam, mulai pukul 05.00 dari Manggarai hingga keberangkatan terakhir dari bandara pada pukul 22.42.
Dalam perjalanan saya ke bandara ini, saya naik kereta bandara dari Stasiun Rawa Buaya yang merupakan stasiun pemberhentian yang baru ditambahkan dimulai tahun lalu. Kebetulan juga stasiun ini adalah yang paling dekat dari rumah saya. Perjalanan kereta bandara berjalan mulus dan tanpa hambatan, dan setibanya di bandara, stasiun kereta bandara ini langsung terhubung dengan fasilitas kalayang (skytrain), yang menghubungkan penumpang dengan mudah ke tiga terminal penumpang yang ada di bandara. Selain kereta bandara, akses jalan tol tetap menjadi pilihan utama baik dengan mobil pribadi maupun taksi, dengan waktu tempuh dari pusat Jakarta berkisar 45 menit hingga lebih dari 1,5 jam tergantung kondisi lalu lintas. Bus DAMRI dan Transjakarta menyediakan opsi ekonomis dengan rute tetap dari berbagai titik di kota (1–2 jam perjalanan), sementara layanan taksi online juga tersedia luas untuk pilihan fleksibel dari pintu ke pintu, meski sama-sama juga berisiko menghadapi kemacetan lalu lintas.
Kalayang ini selanjutnya menghubungkan stasiun kereta di bandara dengan ketiga gedung terminal bandara |
Tiga Wajah Terminal di Soekarno–Hatta
Dari tiga terminal penumpang yang ada di Bandara Internasional Soekarno–Hatta, Terminal 1 adalah yang paling tua. Terminal ini dibuka pada tahun 1985 untuk menggantikan Bandara Kemayoran di Jakarta Pusat yang kemudian resmi ditutup. Enam tahun setelahnya, Terminal 2 hadir untuk mendukung layanan bandara terbesar di Indonesia ini. Saat ini, Terminal 1 melayani penerbangan domestik maskapai berbiaya rendah, sementara Terminal 2 menangani penerbangan baik domestik maupun internasional yang dioperasikan oleh maskapai Indonesia maupun asing. Pada musim puncak ibadah haji dan umrah, Terminal 2 juga menjadi pusat keberangkatan jamaah. Terminal 1 dan 2 dirancang oleh Paul Andreu, arsitek asal Prancis yang juga merancang Bandara Paris–Charles de Gaulle. Desain keduanya memadukan nuansa tradisional Indonesia dengan atap joglo khas Jawa serta sentuhan budaya dari berbagai daerah di Nusantara.
Secara kontras, Terminal 3 mengusung gaya arsitektur modern kontemporer yang didominasi jendela kaca dan rangka logam. Terminal ini menjadi rumah utama bagi maskapai nasionnal Garuda Indonesia serta mitra aliansi SkyTeam, melayani rute domestik maupun internasional. Sebagai terminal termuda dan paling canggih, T3 menawarkan ruang yang lebih lega dengan fitur ramah lingkungan, sistem otomatis, serta fasilitas yang lebih baik. Dalam beberapa tahun terakhir, terminal ini terus ditingkatkan oleh InJourney Airports, selaku operator bandara milik negara, dengan menambahkan elemen untuk memberikan kesan hutan tropis Indonesia yang rimbun.
Menara ATC setinggi 61 meter ini tidak dapat mencakup keseluruhan bagian apron bandara terutama di Terminal 3 |
Saya cukup beruntung dapat menjumpai pesawat Garuda Indonesia dengan desain lawas Indonesian Airway ini |
Asal Nama Bandara Internasional Soekarno–Hatta
Pernahkah Anda memperhatikan bahwa dalam nama Bandara Internasional Soekarno–Hatta selalu ada tanda hubung (–)? Hal ini karena nama tersebut menggabungkan dua tokoh besar bangsa Indonesia yaitu Ir. Soekarno (1901–1970), presiden pertama Indonesia, dan Mohammad Hatta (1902–1980), wakil presiden pertama. Keduanya diakui sebagai proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, yang bersama-sama menandatangani Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia. Menariknya, kode bandara internasional (IATA) Soekarno–Hatta tidak menggunakan JKT untuk Jakarta atau singkatan dari nama resminya, melainkan CGK. Penetapan ini berasal dari Cengkareng, sebuah kawasan di Jakarta Barat yang berposisi di dekat lokasi pembangunan bandara, dan kemudian dijadikan rujukan resmi untuk kodenya. Adapun kode JKT sendiri sebelumnya sudah digunakan untuk Bandara Kemayoran, bandara lama Jakarta yang kini telah ditutup. Saat ini, kawasan metropolitan Jakarta dilayani oleh dua bandara: Soekarno–Hatta (CGK) dan Halim Perdanakusuma (HLP). Bandara Halim kini berfungsi sebagai bandara sekunder untuk penerbangan domestik terbatas, sekaligus tetap menjadi pangkalan utama TNI Angkatan Udara.
Terminal 3 tampil berbeda dari dua terminal lainnya dengan konstruksi baja dan kaca yang modern |
Fasilitas dan Aktivitas Bandara Saat Ini
Saat akan mendarat, kita disambur oleh pemandangan kawasan Pantai Indah Kapuk yang megah |
Peran Penting dalam Jaringan Penerbangan Global dan Domestik
- Get link
- X
- Other Apps
Popular Posts
[EN] Saint Matthias The Apostle Church, My Home Parish
- Get link
- X
- Other Apps
[ID] Gereja Lingkungan Saya, Gereja Santo Matias Rasul
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment