Featured

[ID] Jejak Kasih Santa Maria Tak Bernoda di Gereja Santa Maria Imakulata

Jejak Misi OMI di Jakarta Barat

Dalam tulisan sebelumnya, saya sempat berbagi tentang Gua Maria Imakulata di Paroki Jalan Malang, yang memiliki pelindung yang sama dengan lingkungan saya. Kali ini, benang merah itu berlanjut dengan mengunjungi sebuah gereja lain yang juga berada di bawah perlindungan Santa Maria Tak Bernoda. Gereja Santa Maria Imakulata yang terletak di kawasan perumahan Citra Garden 3, Jakarta Barat, menjadi pusat kehidupan Paroki Kalideres. Sebelum akhirnya berdiri sebagai paroki mandiri, gereja ini dahulu merupakan bagian dari Paroki Cengkareng yang lebih dulu hadir di wilayah Jakarta Barat. Di tengah hiruk pikuk kehidupan di kawasan pemukiman Citra Garden, Gereja Santa Maria Imakulata hadir sebagai pusat ibadah dan komunitas yang penting bagi umat Katolik di Jakarta Barat.

Sejarah Paroki Kalideres sendiri sangat erat kaitannya dengan karya Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) yang hingga kini berkarya di paroki ini. Kongregasi yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai Missionarii Oblati Beatae Mariae Virginis Immaculatae ini berperan besar dalam membentuk kehidupan paroki. Didirikan pada tanggal 25 Januari 1816 oleh Eugène de Mazenod—seorang imam asal Prancis yang kemudian dikanonisasi sebagai santo—kongregasi ini mendapat pengakuan resmi dari Paus Leo XII pada tahun 1826. Hingga kini, OMI telah berkembang menjadi lebih dari 3.600 imam dan bruder yang hidup dalam komunitas di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Ciri khas mereka adalah semangat misioner, devosi kepada Santa Perawan Maria Tak Bernoda, serta pelayanan bagi kaum miskin dan terpinggirkan. Di Jakarta Barat sendiri, karya pastoral OMI pertama kali bertumbuh di Paroki Cengkareng sejak tahun 1974, yang kemudian berkembang menjadi salah satu pusat penting pelayanan mereka di Keuskupan Agung Jakarta.

Santa Perawan Maria yang Tak Bernoda meyambut para umat yang datang memasuki gereja ini

Paroki Kalideres didirikan untuk melayani komunitas katolik yang bertumbuh di kawasan Citra Garden 

Sejarah Pendirian Gereja Santa Maria Imakulata

Seiring bertambahnya umat Katolik di kawasan barat Jakarta, kebutuhan akan sarana ibadah yang lebih memadai pun semakin mendesak. Menyadari hal ini, Paroki Cengkareng, di bawah pelayanan para imam OMI, mengambil langkah untuk membeli sebidang tanah di kawasan hunian baru Citra Garden 3 pada tahun 1999. Lahan inilah yang kemudian menjadi lokasi Gereja Santa Maria Imakulata, pusat Paroki Kalideres saat ini. Panitia Pembangunan Gereja resmi dibentuk pada tahun 2003, namun pembangunan gereja baru bisa dimulai beberapa tahun kemudian. Salah satu penyebab hambatan ini adalah lamanya proses perizinan, yang baru berhasil diperoleh pada tahun 2010.

Gedung Gereja Santa Maria Imakulata akhirnya diresmikan pada 8 September 2012 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo, dan diberkati pada 8 Desember 2012. Tanggal ini jelas bukan kebetulan, melainkan bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, sesuai dengan gelar pelindung gereja ini. Pemberkatan dilakukan oleh Uskup Agung Ignatius Suharyo, dan perayaan tersebut bukan hanya peristiwa liturgis, tetapi juga momen simbolis yang memperteguh devosi umat kepada Santa Perawan Maria Imakulata. Beberapa tahun kemudian, tepatnya Agustus 2015, Paroki Kalideres resmi dimekarkan menjadi paroki mandiri di kawasan hunian yang terus berkembang ini.

Sepanjang dinding tangga menuju ruang utama gereja ini menggambarkan beberapa cerita dari Kitab Suci

Di atas altar gereja, terdapat Salib Benediktin berukuran besar sebagai cerminan keteguhan iman

Perlindungan Santa Perawan Maria yang Tak Bernoda

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita sejenak merenungkan sosok pelindung paroki ini. Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda (Immaculate Conception) mengacu pada ajaran iman Katolik bahwa Perawan Maria, sejak saat pertama dikandung dalam rahim ibunya, telah dilindungi secara istimewa oleh Allah sehingga terbebas dari dosa asal. Keyakinan ini secara resmi ditetapkan sebagai dogma oleh Paus Pius IX pada 8 Desember 1854 dalam bulla Ineffabilis Deus. Seperti yang pernah saya singgung dalam tulisan mengenai Gereja Santa Bernadet di Paroki Pinang, dogma ini kemudian diteguhkan kembali secara istimewa di Lourdes pada tahun 1858, ketika Maria menampakkan diri kepada Santa Bernadet dan memperkenalkan dirinya dengan kata-kata, “Akulah yang Dikandung Tanpa Noda.” Di Paroki Kalideres, perlindungan yang sama ini dihormati dan dijadikan dasar identitas, seiring komunitas yang terus bertumbuh di bawah naungannya.

Identitas Maria ini juga tampak jelas pada patung Santa Maria Imakulata yang ditempatkan menonjol di puncak tangga utama gereja di mana setiap orang yang masuk akan langsung menengadahkan pandangan ke arah Bunda Maria. Patung tersebut menggambarkan Maria berdiri di atas bola dunia dengan kakinya menginjak ular—ikonografi klasik yang merujuk pada perannya dalam sejarah keselamatan. Bunda Maria ini digambarkan mengenakan kain keemasan, dengan mahkota dua belas bintang di kepalanya serta bulan sabit di bawah kakinya—simbol yang diambil dari penglihatan “Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.” dalam kitab Wahyu 12:1. Pada bagian alas patung terukir tulisan Latin “Non mea, sed voluntas tua” (“Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi”), sebuah undangan bagi umat untuk meneladani sikap Maria yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada rencana Allah. Kalimat ini sejatinya diucapkan Yesus di Getsemani, namun juga selaras dengan fiat Maria dalam Lukas 1:38, yang turut diukir di bawahnya: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu.”


Jendela kaca patri indah ini melukiskan berbagai kejadian dalam kehidupan Bunda Maria

Di antara gereja yang telah saya kunjungi selama Tahun Yubileum ini, taman gereja ini adalah yang paling rimbun

Medali Santo Benediktus dalam Salib Gereja

Saat melangkah menyusuri tangga masuk menuju ruangan utama gereja, dinding-dinding di sekitarnya tampak hidup dengan warna-warni kisah Kitab Suci. Di dalam gereja, bagian utama panti umat yang luas dihiasi kaca patri di kedua sisinya, yang menampilkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Maria. Setiap panel menggambarkan momen-momen penting dalam iman, sukacita, maupun dukanya, mengajak kita untuk merenungkan perjalanan Bunda Maria. Rancangan panti imam (sanctuary) dengan latar kayu hangat, serta cahaya alami yang melimpah menghadirkan suasana yang teduh. Fokus visual utama gereja ini adalah Salib Benediktin setinggi 5,5 meter yang menjulang di dinding belakang panti imam, tepat di atas altar. Ini bukan salib biasa, melainkan salib yang memuat medali Santo Benediktus, simbol yang sejak lama dikaitkan dengan perlindungan dari kuasa jahat sekaligus ajakan untuk pertobatan yang lebih mendalam.

Pada bagian depan medali, setiap inisial huruf merupakan singkatan doa perlindungan dalam bahasa Latin. Di sekitar salib terdapat inisial C S S M L (Crux Sacra Sit Mihi Lux – “Salib Kuduslah kiranya menjadi terang bagiku”) dan N D S M D (Non Draco Sit Mihi Dux – “Janganlah naga (Setan) menjadi pemimpinku”). Mengelilingi pinggiran medali, terdapat pula seruan pengusiran setan: V R S – Vade Retro Satana (“Enyahlah, Setan!”), N S M V – Numquam Suade Mihi Vana (“Jangan pernah bujuk aku dengan kesia-siaan”), S M Q L – Sunt Mala Quae Libas (“Apa yang engkau tawarkan itu jahat”), I V B – Ipse Venena Bibas (“Minumlah racunmu sendiri”). Di bagian tengah salib terdapat huruf C S P B, singkatan dari Crux Sancti Patris Benedicti – “Salib Bapa Suci Benediktus.” Salib ini bukan hanya lambang pengorbanan Kristus, tetapi juga pengingat akan terang, perlindungan, dan pengharapan yang kita terima melalui-Nya—seruan iman yang berpadu dengan teladan Maria, Bunda yang Tak Bernoda, yang selalu menuntun kita kembali pada kemenangan Salib.

Gua Hati Maria Tak Bernoda di taman gereja ini mengundang umat untuk berdevosi dan berdoa

Di sampingnya, jalur pejalan kaki di taman ini menyusuri empat belas perhentian dalam Jalan Salib

Taman Gereja, Ruang Doa yang Rindang dan Teduh

Gedung utama gereja ini sendiri terletak di lantai dua, dengan kapasitas sekitar 850 umat. Di atasnya terdapat balkon mezzanine yang mampu menampung sekitar 445 umat tambahan. Sementara itu, di sudut kompleks gereja bagian bawah, terbentang taman gereja yang menurut saya adalah yang paling rindang yang pernah saya kunjungi selama Tahun Yubileum 2025 sejauh ini. Memasuki taman ini, kita langsung disambut oleh sebuah gua Maria yang tenang, menampilkan patung Hati Maria Tak Bernoda yang mengundang umat untuk berdoa dan bermenung . Dikelilingi pepohonan yang teduh dan hijaunya tanaman, tempat ini sungguh menjadi ruang hening yang rindang di mana umat dapat mempercayakan segala niatnya kepada Bunda Allah.

Tak jauh dari sana berdiri Kapel Bunda Penolong Abadi, sebuah ruang devosi yang lebih intim. Sementara itu, di sepanjang taman, berjajar lengkap 14 perhentian Jalan Salib yang ditata selaras dengan suasana asri di sekitarnya. Sebagai pusat devosi di taman ini, terdapat perhentian ke-12 yang paling besar dan menonjol, menggambarkan wafat Yesus di kayu salib. Dengan salib berukuran nyata, dinaungi pepohonan tinggi dan dikelilingi bangku melingkar untuk berdoa, perhentian ini menjadi titik fokus utama taman, yang membawa umat masuk lebih dalam pada misteri pengorbanan Kristus dengan cara yang sungguh kuat dan menyentuh.

Sebagai fokus utamanya adalah pemberhentian ke-12 ini yang menggambarkan Yesus wafat di kayu salib

Dalam Naungan Maria Imakulata Menuju Kristus

Mengunjungi paroki ini, saya dibuat terkesan bukan hanya oleh arsitekturnya yang megah dan simbol-simbol iman yang kuat, tetapi juga oleh semangat devosi yang menyelimutinya—mulai dari Salib Benediktin raksasa di atas altar hingga taman Maria yang tenang di bawahnya. Kehadiran Bunda Maria Tak Bernoda di sini terasa begitu dekat dengan saya, sebab lingkungan paroki saya pun berada di bawah naungan Maria Imakulata. Ikatan devosi yang sama ini menjadi pengingat lembut bahwa Maria senantiasa menyertai umat beriman di setiap tempat dan waktu, selalu menuntun kita lebih dekat kepada Kristus.



Paroki Kalideres
Gereja Santa Maria Imakulata

Lokasi Jl. Satu Maret No.27 (Citra Garden 3 Blok B 27), Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat

Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, 17.00 WIB 
Minggu, 07.00 WIB, 10.00 WIB, 17.00 WIB



 

Comments

Popular Posts