Skip to main content

Featured

[ID] Jejak Kasih Santa Maria Tak Bernoda di Gereja Santa Maria Imakulata

Jejak Misi OMI di Jakarta Barat Dalam tulisan sebelumnya, saya sempat berbagi tentang Gua Maria Imakulata di Paroki Jalan Malang, yang memiliki pelindung yang sama dengan lingkungan saya. Kali ini, benang merah itu berlanjut dengan mengunjungi sebuah gereja lain yang juga berada di bawah perlindungan Santa Maria Tak Bernoda. Gereja Santa Maria Imakulata yang terletak di kawasan perumahan Citra Garden 3, Jakarta Barat, menjadi pusat kehidupan Paroki Kalideres. Sebelum akhirnya berdiri sebagai paroki mandiri, gereja ini dahulu merupakan bagian dari Paroki Cengkareng yang lebih dulu hadir di wilayah Jakarta Barat. Di tengah hiruk pikuk kehidupan di kawasan pemukiman Citra Garden, Gereja Santa Maria Imakulata hadir sebagai pusat ibadah dan komunitas yang penting bagi umat Katolik di Jakarta Barat. Sejarah Paroki Kalideres sendiri sangat erat kaitannya dengan karya Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) yang hingga kini berkarya di paroki ini. Kongregasi yang dalam bahasa Latin dikenal ...

[ID] Mengenal Gereja Maria Kusuma Karmel, Paroki Karmelit Kedua di Jakarta

Perjalanan Singkat ke Meruya

Suatu sore, saya ada janji di kawasan Puri Kembangan, Jakarta Barat dan saya memutuskan untuk menyempatkan diri untuk singgah sebentar ke sebuah gereja Katolik di Meruya. Untuk menghindari kemacetan pada jam pulang kantor, saya memilih naik ojek online, yang sering kali bisa melewati gang-gang kecil sebagai jalan pintas. Namun, justru di jalur alternatif inilah sebuah insiden kecil terjadi. Saat melewati tanjakan yang cukup curam dari jalan utama ke gang sempit, motor tua yang dikendarai driver ojol waktu itu ternyata tak cukup kuat untuk menanjak ditambah dengan bobot saya di belakang. Mesin mati di tengah jalan sehingga motor tergelincir dan saat itu kaki saya terseret dan tergores bodi motor. Untungnya celana panjang yang saya kenakan melindungi dari luka yang lebih parah. Meski hanya lecet dan memar, nyerinya masih terasa beberapa hari kemudian.

Ketika akhirnya tiba di gereja, rasa perih itu masih terasa, tapi saya mencoba mengesampingkannya dan berfokus pada tujuan kunjungan. Syukurlah, suasana tenang yang begitu khas dari para Karmelit yang melayani di sini membantu saya melupakan sejenak rasa sakit itu. Seperti yang pernah saya ceritakan dalam tulisan sebelumnya tentang Paroki Tomang dan Gereja Maria Bunda Karmel (MBK), paroki di Meruya ini juga dilayani oleh para imam Karmelit. Nama resminya adalah Gereja Maria Kusuma Karmel sehingga sering disingkat MKK. Gereja ini berbagi devosi yang sama dengan MBK, yaitu penghormatan kepada Santa Perawan Maria dengan gelar Bunda Karmel, sebuah gelar penuh makna yang berakar dalam tradisi Ordo Karmel.

Paroki Meruya ini paroki Karmelit kedua yang ada di Jakarta setelah Paroki Tomang  

Gereja MKK ini mencerminkan semangat kontemplasi dan kesederhanaan Ordo Karmel

Akar Sejarah Kehadiran Ordo Karmel

Dalam bahasa Latin, Ordo Karmel dikenal sebagai Ordo Fratrum Beatissimæ Virginis Mariæ de Monte Carmelo (OCarm). Keberadaan mereka dapat dinelusuri hingga akhir abad ke-12, ketika para pertapa mula-mula menetap di Gunung Karmel, Israel bagian utara. Saat ini, dengan lebih dari 2.000 anggota di seluruh dunia, Ordo Karmel dikenal luas melalui karya pelayanan pendidikan, pendampingan rohani, misi, dan pelayanan pastoral. Di Indonesia, karya Karmelit bermula sejak awal 1900-an ketika para imam pertama mereka diutus untuk berkarya di Malang, Jawa Timur. Dari kota inilah misi mereka berkembang ke berbagai tempat lain di tanah air, termasuk ke Jakarta. 

Bagi saya, ada kedekatan pribadi dengan kisah ini, karena Malang bukan hanya kota asal para misionaris Karmelit, tetapi juga kota tempat saya lahir sekaligus tempat saya menempuh pendidikan di sebuah SMA Katolik yang dikelola oleh para imam Karmelit. Tak heran bila suasana khas Karmelit yang hening, sederhana, dan kontemplatif di Gereja MKK terasa begitu familiar sejak awal, bahkan sebelum saya mempelajari lebih jauh mengenai sejarah perkembangan parokinya.

Sejarah Awal Paroki MKK

Sejarah Gereja Maria Kusuma Karmel (MKK) tidak bisa dilepaskan dari Gereja Maria Bunda Karmel (MBK) di Tomang karena Paroki Maruya ini lahir sebagai pemekaran dari paroki Karmelit yang lebih dulu hadir di Jakarta tersebut. Pada pertengahan 1980-an, Paroki Tomang telah berkembang menjadi paroki terbesar di Keuskupan Agung Jakarta, dengan lebih dari 14.000 umat. Untuk menjawab kebutuhan pelayanan umat yang terus bertambah, disusunlah rencana pembentukan paroki baru sekaligus pembangunan gereja baru. Langkah ini dimulai dengan pembentukan panitia, pembelian tanah di lokasi sekarang, dan akhirnya diresmikanlah paroki baru pada tahun 1992. Pembangunan Gereja MKK dimulai pada tahun berikutnya, dan pada 2 April 1995 bangunan gereja diberkati serta ditahbiskan oleh Uskup Agung Jakarta, Leo Soekoto, SJ. Sejak itu, paroki yang relatif muda ini tumbuh pesat menjadi salah satu pusat kehadiran Karmelit yang penting di Jakarta Barat.

Cahaya yang lembut di MKK menghadirkan suasana hening dan damai yang jarang saya temukan di gereja lain

Gereja yang indah ini menjalani proyek renovasi yang selesai pada tahun 2022

Renovasi dan Simbolisme Sakral Gereja

Sejak tahun 2019, Gereja MKK menjalani proyek renovasi besar untuk menambah kapasitas, memperindah interior, mengganti pencahayaan dan sistem pendingin udara, serta menata kembali kompleks paroki. Namun, di tengah proses renovasi ini sempat terjadi sebuah insiden di mana pada suatu Minggu pagi, tepat saat Misa baru dimulai, sebagian plafon runtuh dan melukai beberapa umat. Peristiwa tersebut diyakini disebabkan oleh curah hujan deras yang merembes masuk ketika atap sedang diganti. Meski sempat mengalami kejadian itu, renovasi akhirnya selesai pada tahun 2022. Kini, gereja ini menghadirkan suasana yang tenang dan ramah. Interior yang luas, dihiasi panel kayu hangat dan diterangi cahaya alami yang lembut di atas altar, seakan langsung mengarahkan hati untuk berdoa.

Bangunannya pun sarat makna simbolis. Bentuk keseluruhan menyerupai sebuah kemah, mengingatkan pada kemah tempat Allah yang tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Sementara bentuk ini juga dapat myimbolkan sebuah gunung, yang mencerminkan Gunung Karmel, sebagai pengingat akan warisan Karmelit yang hidup dalam paroki ini. Di dalam, tata bangku yang melingkar setengah lingkaran melambangkan Perjamuan Terakhir, dengan Kristus di tengah dikelilingi para murid-Nya—suatu visi yang dihadirkan kembali dalam setiap Perayaan Ekaristi ketika imam berdiri di antara umat. Keseluruhan unsur ini menjadikan gereja bukan sekadar ruang fungsional, tetapi sebuah tempat kudus, sebagai rumah pertemuan di mana komunitas berkumpul di sekitar Tuhan dalam damai.

Taman Doa Maria Kusuma Karmel ini menghadirkan kedamaian di tengah kompleks paroki

Patung Bunda Maria dari Gunung Karmel ini menjadi pengingat devosi paroki kepada Sang Kusuma Karmel

Taman Doa Maria Kusuma Karmel

Setelah proyek renovasi tersebut, paroki juga memperindah area luar gereja dengan menghadirkan Taman Doa Maria Kusuma Karmel. Taman doa yang berada di dalam kompleks gereja ini menawarkan suasana teduh dan menenangkan, baik bagi umat paroki maupun para pengunjung. Di pusat taman berdiri sebuah patung Bunda Maria dari Gunung Karmel, yang menjadi pengingat identitas serta spiritualitas Karmelit dari paroki ini. Dikelilingi pepohonan hijau, jalur pejalan yang tertata rapi, dan kolam refleksi, taman ini dirancang untuk mengundang doa hening, meditasi, atau sekadar momen damai jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota.

Perpaduan arsitektur modern dengan elemen alam mencerminkan penekanan spiritualitas Karmelit pada kontemplasi, kesederhanaan, serta kedekatan dengan Allah melalui keheningan dan alam. Kini, Taman Doa Maria Kusuma Karmel bukan hanya ruang devosi pribadi, tetapi juga tempat yang ramah untuk pertemuan komunitas, novena, dan devosi kepada Maria. Taman ini menjadi perpanjangan nyata dari misi gereja: memelihara doa bersama dalam liturgi sekaligus doa pribadi dalam ketenangan.

Patung Pietà ini mengajak kita masuk dalam permenungan akan duka Maria dan pengorbanan Kristus

Kapel Adorasi di paroki ini didedikasikan kepada Santa Teresa Benedikta dari Salib

Semangat Karmelit dalam Himne dan Pelayanan

Pada akhirnya, suasana teduh yang dirasakan di Paroki Maria Kusuma Karmel tak terlepas dari akar Karmelitnya. Nama Maria Kusuma Karmel sendiri merujuk pada gelar Maria sebagai Bunga Gunung Karmel, sebuah sebutan yang sangat dicintai dalam keluarga Karmel di seluruh dunia. Di antara lagu yang paling dikasihi Ordo Karmel adalah Flos Carmeli, doa yang secara tradisional didaraskan kepada Perawan Maria sebagai Bunda dan Keindahan Karmel (Mater et Décor Carmeli). Himne ini, yang telah menyertai para Karmelit selama berabad-abad, juga diwarisi dan dihidupi oleh umat MKK, yang melaluinya terjalin persatuan dengan tradisi Karmel yang lebih luas:

Flos Carmeli, vitis florigera, splendor caeli, virgo puerpera, singularis.
Mater mitis, sed viri nescia, Carmelitis esto propitia. Stella maris.

Terjemahan (dari Gereja MKK):
Kusuma Karmel, anggur yang berbunga.
Cahya sorga, perawan lagi bunda. Tiada tara.
Bunda Allah, lembut tanpa noda,
Sudilah Bunda lindungi Putranda. Bintang Samudra.

Melalui himne dan devosi ini, umat Paroki Maria Kusuma Karmel terus menimba kekuatan serta inspirasi dari Maria, Bunda yang lembut dan Bintang Samudera yang menuntun mereka semakin dekat kepada Kristus. Dengan demikian, paroki ini hadir bukan hanya sebagai tempat ibadah dan kebersamaan, melainkan juga sebagai saksi hidup spiritualitas Karmel—spiritualitas yang berakar pada kontemplasi, kesederhanaan, serta kepercayaan mendalam akan doa pengantaraan Bunda Maria.



Paroki Meruya
Gereja Maria Kusuma Karmel

Lokasi Jl. Kusuma No 1, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat

Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, 16.30 WIB 
Minggu, 06.00 WIB, 08.30 WIB, 11.00 WIB, 16.30 WIB





  

Comments

Popular Posts