Skip to main content

Featured

[ID] Som Tam di Tiap Sudut Bangkok, Pengalaman Kuliner yang Segar dan Seru

Makanan Thailand Favorit Saya Beberapa tahun lalu, saya sempat tinggal di Thailand selama beberapa bulan, dan sejak itu saya cukup akrab dengan cita rasa khas masakan Thailand. Meskipun secara umum profil rasanya tidak jauh berbeda dari hidangan Indonesia atau Asia Tenggara lainnya, selalu ada sesuatu yang istimewa saat kembali ke Thailand dan menikmati langsung kekayaan kulinernya.  Di Jakarta sendiri, makanan Thailand cukup mudah ditemukan di mana banyak pusat perbelanjaan besar yang memiliki setidaknya satu restoran Thailand. Sebagian besar restoran ini bahkan dengan bangga menampilkan sertifikasi “Thai Select”, sebuah penanda resmi dari Kementerian Perdagangan Thailand yang menjamin keaslian cita rasa dan pengalaman bersantap, baik di dalam maupun luar negeri.  Namun, makanan bukan hanya soal rasa. Suasana, pemandangan, dan bunyi-bunyian di sekitar juga memberi pengalaman tersendiri saat menyantapnya. Itulah mengapa saya begitu antusias menyambut perjalanan saya ke Bangkok...

[ID] Gereja Santa Bernadet, Semangat Lourdes Dalam Pergumulan

Kali ini kita akan mengunjungi sebuah gereja lain yang terletak di wilayah Tangerang. Berbeda dengan paroki-paroki sebelumnya seperti Serpong, Alam Sutera, Villa Melati Mas, dan Bintaro Jaya yang tergabung dalam Dekenat Tangerang II, Paroki Pinang justru berada di bawah naungan Dekenat Tangerang I. Perbedaan ini merupakan hasil dari pemekaran dekenat yang dilakukan oleh Keuskupan Agung Jakarta pada 21 Maret 2018, dengan tujuan memperkuat pelayanan pastoral serta memperlancar koordinasi di tengah pesatnya perkembangan kawasan Tangerang dan sekitarnya. Kunjungan kali ini membawa kita ke Gereja Santa Bernadet, menyusuri aula utama yang luas dan mengagumi bangunan barunya yang megah dan kokoh. Sulit membayangkan bahwa di balik ketenangan dan keindahan arsitektur gereja ini, tersimpan kisah perjuangan yang panjang dan penuh tantangan. Selama lebih dari 30 tahun, komunitas paroki dan Tim Pembangunan Gereja ini harus menghadapi berbagai hambatan mulai dari proses hukum dan administratif yang rumit hingga perjuangan mendapatkan izin yang sah. Salah satu tantangan terbesar datang dari sebagian masyarakat sekitar yang menolak keberadaan gereja, bahkan setelah izin resmi diperoleh. Penolakan ini sempat menghambat proses pembangunan dan penggunaan gereja, sehingga menjadi babak sulit dalam perjalanan paroki. Namun, semua rintangan itu justru menjadi bukti nyata keteguhan iman dan semangat komunitas yang tak pernah menyerah dalam mewujudkan tempat ibadah yang layak dan permanen.

Paroki Pinang ini pada mulanya bernama Paroki Ciledug

Di balik kemegahannya, terdapat cerita perjuangan selama puluhan tahun

Asal-usul Paroki Pinang bermula pada tahun 1990, saat pertama kali didirikan dengan nama Paroki Ciledug. Paroki ini merupakan hasil pemekaran dari Paroki Tangerang untuk melayani umat Katolik di wilayah Ciledug serta daerah sekitarnya di Tangerang dan Tangerang Selatan. Karena belum memiliki gedung gereja permanen, misa dan kegiatan ibadah awalnya dilangsungkan di tempat-tempat sementara. Pada tahun yang sama, izin untuk membangun gereja ataupun aula serbaguna ditolak oleh pihak berwenang, dan hanya diberikan izin untuk mendirikan bangunan sementara bagi Sekolah Katolik Sang Timur. Baru pada tahun 1992, umat diperbolehkan menggunakan gedung sekolah tersebut untuk misa akhir pekan. Upaya membangun gereja permanen kembali digalakkan pada tahun 2003, namun kembali dihadang penolakan dari sebagian warga sekitar. Akibatnya, izin yang sudah diberikan dicabut, dan proses pembangunan kembali tertunda dalam waktu yang lama. Pada tahun 2013, izin baru berhasil diperoleh, namun gelombang protes kembali muncul, dan perkara hukum pun bergulir hingga ke Mahkamah Agung yang pada akhirnya memutuskan untuk mencabut izin tersebut. Baru pada tahun 2021, izin baru kembali diterbitkan. Meski penolakan dan tantangan hukum kembali muncul, pembangunan gereja tetap dimulai pada Agustus 2021, bersamaan dengan perubahan nama resmi paroki dari Paroki Ciledug menjadi Paroki Pinang yang menjadi sebuah penanda awal babak baru dalam sejarah paroki ini. Akhirnya, pada Desember 2022, Mahkamah Agung memutuskan untuk menguatkan izin pembangunan, membuka jalan bagi kelanjutan proyek. Gereja Santa Bernadet yang dinanti-nantikan umat akhirnya rampung dibangun pada awal tahun 2023, dan secara resmi dikonsekrasi oleh Kardinal Ignatius Suharyo pada tanggal 11 Juni 2023. Momen ini menandai berakhirnya perjuangan panjang selama puluhan tahun dan menjadi awal baru bagi komunitas Paroki Pinang.

Paroki ini telah melewati perjalanan panjang yang penuh tantangan

Santa Bernadet dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan tabah dalam penderitaan

Menariknya, Santa Bernadet sebagai pelindung gereja ini juga mengalami penderitaan yang mendalam sepanjang hidupnya. Lahir pada tahun 1844 dari keluarga miskin di Lourdes, Prancis, Bernadette Soubirous tumbuh dalam kondisi serba kekurangan, menderita malnutrisi, dan kesehatan yang rapuh sejak kecil. Ia mengidap asma kronis dan kemudian menderita tuberkulosis tulang, yang menyebabkan rasa sakit terus-menerus dan akhirnya merenggut nyawanya di usia muda, 35 tahun. Meski menderita penyakit yang berat, Bernadet tetap setia membantu keluarganya, terutama ibunya, dalam mengurus kelima adiknya. Hidupnya berubah secara luar biasa pada tanggal 11 Februari 1858, ketika ia sedang mengumpulkan kayu bakar di dekat Gua Massabielle, di tepi Sungai Gave. Di tempat itulah ia mengalami penampakan pertama dari “seorang wanita muda,” yang baru pada penampakan yang ke 16 kalinya menyatakan diri—dalam dialek Gascon lokal—sebagai “Que soy era Immaculada Councepciou,” artinya “Akulah yang Dikandung Tanpa Dosa.” Selama periode penampakan yang berjumlah 18 kali, Bernadet harus menghadapi keraguan, interogasi, dan tekanan dari otoritas sipil maupun gereja yang meragukan keabsahan penglihatannya. Namun, ia tetap teguh dan tidak goyah dalam imannya. Bertahun-tahun kemudian, Gereja Katolik secara resmi mengakui kebenaran penampakan tersebut, dan Lourdes pun berkembang menjadi salah satu tempat ziarah terbesar di dunia ya dikenal akan mukjizat kesembuhan dan pengalaman spiritual yang mendalam. Bernadet kemudian masuk biara dan bergabung dengan Kongregasi Suster-suster Karitas di Nevers. Di sana, ia menjalani kehidupan yang tenang dan tersembunyi dari sorotan publik. Dalam penderitaan fisiknya, ia tetap menjalani hidup dengan penuh iman, ketaatan, dan kerendahan hati yang menjadi simbol ketabahannya yang sederhana namun luar biasa. Ia dibeatifikasi pada tahun 1925 dan dinyatakan sebagai santa oleh Paus Pius XI pada tahun 1933. Sampai hari ini, Santa Bernadet dikenang bukan hanya karena penampakannya, tetapi juga karena cara ia menghadapi penderitaannya dengan penuh rahmat dan kekuatan—sebuah teladan yang sangat selaras dengan perjalanan Paroki Pinang sendiri, yang ditempa oleh perjuangan, namun tidak pernah kehilangan harapan dan iman.

Selaku arsitek dan desainer interior, Thomas Suraya mengembangkan konsep Hadi Vincent

Berbagai simbol  dalam interior gereja mencerminkan permenungan iman Katoliknya

Perancangan dan pembangunan Gereja Santa Bernadet ini dipimpin oleh Thomas Suraya, yang merangkap sebagai arsitek sekaligus desainer interior. Ia bekerja sama erat dengan Panitia Pembangunan Rumah Ibadah (PPRI), termasuk manajer proyek Sahat Manalu, untuk mewujudkan visi besar dari gereja yang istimewa ini. Gagasan konsep awalnya berasal dari arsitek Hadi Vincent, yang kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh Suraya bersama tim paroki. Konsep desain Gereja Santa Bernadet ini dirancang dengan mempertimbangkan harmoni bersama lingkungan sekitar. Salah satu hal yang mencolok adalah tidak adanya salib maupun lonceng di bagian luar bangunan—sebuah keputusan yang diambil dengan penuh kesadaran dan rasa hormat terhadap masyarakat sekitar yang mayoritas bukan Katolik. Sebagai gantinya, simbolisme kekristenan ditampilkan dengan kuat di bagian dalam gereja, seperti langit-langit bertingkat yang melambangkan pertumbuhan rohani, burung merpati emas sebagai simbol Roh Kudus, serta balkon yang menyerupai lambung kapal yang melambangkan Gereja sebagai bahtera iman. Di samping bangunan utama, terdapat Gua Maria dengan patung Santa Bernadet, sebagai penghormatan yang sarat makna kepada santa pelindung paroki ini. Gua ini mengingatkan umat akan penampakan di Lourdes dan menjadi penghubung spiritual dengan akar iman komunitas. Gua Maria yang dinamakan Gua Maria Sudimara, sesuai lokasi gereja saat ini, dibangun dari batu alam yang didatangkan langsung dari Wonosobo, Jawa Tengah. Gua ini secara resmi diberkati pada tanggal 8 Agustus 2024.

Tidak terdapat salib dan lonceng di luar gereja untuk menghormati masyarakat sekitar

Gua Maria beserta patung Santa Bernadet yang melambangkan penampakan di Lourdes

Perjalanan Paroki Pinang, layaknya kehidupan Santa Bernadet sang pelindung, telah memberikan kesaksian yang kuat akan iman, ketekunan, dan harapan di tengah berbagai tantangan. Setelah puluhan tahun perjuangan, kini paroki ini berdiri megah sebagai rumah rohani yang indah dan menjadi pusat rahmat serta kebersamaan. Dengan simbol-simbol arsitektur yang sarat makna serta kehadiran Gua Maria yang penuh makna di sisinya, Gereja Santa Bernadet mengundang setiap pengunjung untuk merenungkan kekuatan yang lahir dari iman dan berkat di balik ketekunan. Semoga Paroki Pinang ini terus menjadi saksi pertumbuhan rohani umatnya, serta menginspirasi siapa pun yang melangkah masuk ke dalamnya.




Paroki Pinang
Gereja Santa Bernadet

Lokasi Jalan Akses Graha Raya No 12, Sudimara, Pinang, Tangerang, Banten

Jadwal Misa Mingguan
Sabtu, 18.30 WIB
Minggu, 06.00 WIB, 08.30 WIB, 16.30 WIB










Comments

Popular Posts