Berbeda dengan gedung-gedung museum bergaya kolonial yang umum dijumpai di kawasan Asia Tenggara, bangunan Museum Erawan ini justru berada di dalam patung gajah berkepala tiga berukuran raksasa. Saya sudah mengunjungi cukup banyak museum di Indonesia maupun di kawasan Asia Tenggara, namun arsitektur Museum Erawan yang unik ini langsung mencuri perhatian karena desainnya yang lain daripada yang lain. Konsep museum ini terinspirasi dari makhluk mitologi Hindu bernama Airavata atau dikenal sebagai Erawan dalam budaya Thai. Museum ini terletak di Provinsi Samut Prakan, sekitar 20 kilometer di sebelah tenggara pusat kota Bangkok. Ukurannya yang luar biasa besar membuat museum ini mudah terlihat dari jalan raya karena patung gajah perunggu tersebut menjulang tinggi melebihi bangunan di sekitarnya. Untuk kunjungan kali ini, saya menggunakan van transportasi bersama (sharing) dari Bangkok untuk kunjungan seharian (day trip) ke Samut Prakan. Namun, sebenarnya museum ini juga sangat mudah diakses menggunakan BTS Jalur Sukhumvit. Cukup turun di Stasiun Chang Erawan dan lanjut berjalan kaki sekitar 15 menit menuju lokasi.
Museum Erawan merupakan gagasan eksentrik dari Lek Viriyaphant (1914–2000), seorang pengusaha Thailand sekaligus pelindung seni dan budaya Thai yang sangat berdedikasi. Sebelum dikenal luas melalui kontribusinya di bidang budaya, Khun Lek lebih dulu meraih kesuksesan di industri otomotif di mana pada tahun 1941, ia mengakuisisi Thonburi Panich Co., Ltd., perusahaan yang memegang hak distribusi dan layanan untuk mobil Mercedes-Benz di Thailand. Dua dekade kemudian, ia mendirikan Thonburi Automotive Assembly Plant pada tahun 1961 untuk merakit mobil-mobil mewah dengan merek tersebut secara lokal di Provinsi Samut Prakan. Namun di balik kesuksesannya dalam dunia otomotif, keuangan, dan asuransi, Lek menyimpan tekad kuat untuk melestarikan warisan budaya Thailand. Kecintaannya pada seni tradisional, benda-benda antik, dan arsitektur klasik membawanya pada proyek-proyek besar yang kini menjadi landmark budaya, mencerminkan spiritualitas dan keindahan estetika Thai.
 |
Patung gajah berkepala tiga raksasa ini membuat Museum Erawan sangat terkenal
|
 |
Patung berlapis perunggu ini memiliki berat lebih dari 250 ton dan setinggi bangunan 14 lantai |
Saat ini, Museum Erawan berada di bawah pengelolaan Ancient City Group, sebuah organisasi kebudayaan yang didirikan oleh Khun Lek bersama istrinya, Prapai Viriyaphant. Selain Museum Erawan, kelompok ini juga mengelola dua destinasi budaya ikonik lainnya yaitu Ancient City (atau yang dikenal juga sebagai Muang Boran), sebuah museum terbuka yang luas dengan replika bangunan bersejarah dari berbagai penjuru Thailand, serta The Sanctuary of Truth di Pattaya, bangunan museum dari kayu dengan detail ukiran indah yang masih dalam tahap pembangunan. Secara keseluruhan, berbagai museum yang diinisiasi oleh Khun Lek ini merupakan simbol bertemunya seni, kepercayaan, dan filsafat tradisional di Thailand.
Perlu dicatat bahwa Museum Erawan ini sering kali disalahartikan sebagai Erawan Shrine, tempat ibadah terkenal di persimpangan Ratchaprasong di pusat kota Bangkok. Padahal, kedua tempat ini berbeda secara konsep dan makna. Erawan Shrine merupakan kuil untuk memuja Phra Phrom atau representasi Brahma dalam tradisi Thai, yakni dewa pencipta dalam agama Hindu. Sementara itu, inspirasi utama dari Museum Erawan ini adalah makhluk mitologis bernama Airavata, atau yang lebih dikenal dalam bahasa Thai sebagai Erawan, seekor gajah putih berkepala tiga yang menjadi kendaraan suci Dewa Indra, raja para dewa dan penguasa petir, hujan, serta langit. Dalam budaya Thailand, Erawan melambangkan kemurnian, kekuatan, dan perlindungan spiritual. Menariknya, citra gajah putih pernah menjadi lambang dalam bendera Kerajaan Siam di masa lampau, jauh sebelum digantikan oleh bendera nasional Thailand yang kini kita kenal dengan warna merah-putih-biru.
 |
Tangga melingkar yang mewah dan langit-langit berhias kaca patri yang indah menghiasi bagian Dunia Manusia |
 |
Di bawah lindungan naga Mucalinda, patung Buddha ini menggambarkan kekuatan spiritual yang mendalam |
Gagasan pendirian Museum Erawan berasal dari Khun Lek, sebagai perwujudan dari pengabdiannya sepanjang hidup terhadap seni, spiritualitas, dan pelestarian warisan budaya Thailand. Bersama sang istri, ia memiliki komitmen yang mendalam untuk melestarikan dan menghidupkan kembali budaya Thai, yang menurut mereka mulai meredup karena masyarakat modern kurang memahami makna dan nilai-nilai budaya secara mendalam. Misi mereka adalah menciptakan ruang di mana seni, sejarah, dan warisan budaya bisa diapresiasi dengan cara yang relevan bagi generasi masa kini. Pembangunan museum dimulai pada tahun 1994 berdasarkan rancangan visi Khun Lek dan proyek pembangunannya dilanjutkan oleh putra sulungnya, Pagpean Viriyapant. Sayangnya, baik Khun Lek maupun Pagpean wafat sebelum sempat menyaksikan rampungnya museum ini. Meski begitu, para penerus keluarga mereka berhasil mewujudkan cita-cita tersebut, hingga akhirnya Museum Erawan resmi dibuka untuk umum pada tahun 2003. Lebih dari sekadar galeri yang menampilkan koleksi seni legendaris milik Khun Lek, museum ini juga berkembang menjadi tempat ziarah spiritual bagi banyak pengunjung lokal. Bahkan sebelum pembangunannya selesai, kawasan ini sudah dianggap suci. Untuk mendukung fungsi ini, museum dirancang dengan jalur peziarahan serta sejumlah altar dan tempat pemujaan yang menghormati sosok-sosok sakral dari tradisi Buddha maupun Hindu-Brahman.
 |
Kehadiran agama Kristen di Thailand dilambangkan dalam salah satu dari empat pilar di museum ini
|
 |
Bagian tertinggi yang ada di dalam bagian badan gajahnya menggambarkan alam kosmos
|
Keseluruhan bangunan museum termasuk patung gajah raksasa yang menjulang di atasnya memiliki tinggi mencapai 43,6 meter atau setara dengan gedung 14 lantai. Patung gajah yang dilapisi dengan lembaran tembaga ini sendiri memiliki panjang 39 meter dan lebar 12 meter. Karena ukurannya yang luar biasa besar, bagian tubuh gajah ini diperkirakan memiliki berat sekitar 150 ton, sementara bagian kepalanya saja mencapai 100 ton. Museum ini dibagi menjadi tiga tingkat simbolis yang terinspirasi dari konsep kosmologi dalam ajaran Buddha. Perjalanan pengunjung dimulai dari tingkat paling bawah, yaitu ruang bawah tanah (basement) yang terletak di bawah gedung alas patung gajah. Area ini melambangkan Alam Bawah atau Suvannabhumi. Karena dianggap sebagai ruang suci, pengunjung diwajibkan melepas alas kaki sebelum masuk, dan tidak diperkenankan mengambil foto di dalamnya. Di sinilah tersimpan koleksi benda antik yang sangat berharga, termasuk keramik kuno dan porselen Benjarong khas Thailand yang melambangkan warisan kehidupan dan peradaban masa lalu.
Bagian kedua yang terletak di bagian utama gedung penopang patung gajah melambangkan Dunia Manusia yang merepresentasikan perjalanan kehidupan jasmani dan spiritual kita. Bagian ini meliputi sebuah aula megah yang dihiasi dengan patung-patung mitologis yang indah, mural warna-warni, dan langit-langit kaca patri yang menakjubkan karya seniman kaca ternama asal Jerman, Jacob Schwarzkopf (1926–2001). Desain ruangan ini memadukan unsur seni Timur dan Barat, sekaligus menggambarkan perjalanan menuju pencerahan spiritual. Empat pilar besar yang dilapisi timah menopang ruangan ini, masing-masing mewakili empat agama besar di dunia yaitu Buddha Theravāda, Buddha Mahāyāna, Hindu, dan Kristen sebagai simbol nilai-nilai universal yang dapat menyatukan umat manusia lintas kepercayaan di dunia.
 |
Berbagai patung mahluk mitologi dapat dijumpai di taman yang terinspirasi dari mitologi lokal Hutan Himavanta ini |
 |
Jika kita berjalan di bawah perut gajah-gajah ini dipercayai akan memberikan keberuntungan |
Untuk mencapai bagian yang ketiga sekaligus tertinggi dari museum ini yang ternyata berada di dalam tubuh patung gajah berkepala tiga raksasa itu sendiri, pengunjung dapat naik melalui tangga kayu atau menggunakan lift. Tingkat ini dikenal sebagai Alam Surga atau Tingkat Kosmos, yang melambangkan dunia ilahi. Bagian dalam ruangan ini dihiasi lukisan yang menggambarkan keluasan alam semesta, lengkap dengan matahari, bintang-bintang, dan asteroid di langit-langitnya. Di ruang suci ini juga terdapat sejumlah patung Buddha dari berbagai era sejarah—Lopburi, Lanna, Ayutthaya, dan Rattanakosin—dengan satu patung utama bergaya Sukhothai yang menempati posisi altar. Meskipun ruang tertutup ini tidak memiliki jendela dan mungkin terasa agak sempit bagi sebagian orang, suasananya yang hening dan khusyuk menjadikan tempat ini sebagai ruang refleksi spiritual, tempat banyak pengunjung berhenti sejenak untuk berdoa atau merenung.
Di sekeliling bangunan utama, area taman yang rimbun menawarkan ruang tambahan untuk perenungan spiritual. Dirancang untuk membangkitkan suasana Hutan Himavanta yang berasal dari mitologi lokal Thailand, taman ini dipenuhi berbagai tanaman endemik dari berbagai penjuru Thailand, patung makhluk-mahluk mitologi, serta deretan patung gajah dalam berbagai ukuran. Di antaranya terdapat barisan gajah Vishnupong, Shivapong, dan Bhramapong, dapat dilewati pengunjung di bawah perutnya yang dipercaya dapat membawa keberuntungan dan kemakmuran menurut kepercayaan masyarakat setempat. Secara keseluruhan, Museum Erawan bukan sekadar keindahan arsitektur yang unik, namun ia menjadi titik pertemuan antara mitologi, seni, spiritualitas, dan warisan budaya. Baik Anda datang karena tertarik pada kemegahan arsitekturnya maupun karena lapisan makna kultural yang dikandungnya, kunjungan ke sini akan meninggalkan kesan mendalam—serta memperkaya apresiasi Anda terhadap warisan spiritual Thailand yang abadi.
 |
Patung Khun Lek dan sang istri Khun Prapai ini menjadi pernghargaan atas jasa dan sumbangsih mereka |
Museum Erawan
พิพิธภัณฑ์ช้างเอราวัณ
Lokasi 99/9 Moo 1, Sukhumvit Road, Bang Meung Mai, Amphoe Meung, Samut Prakan, Thailand
Jam Operasional
Setiap hari, 09.00 sampai dengan 18.00
Loket ditutup jam 17.00
* (Waktu dalam THA = Thailand Standard Time GMT+7)
Tiket Masuk
Dewasa - 500 Baht
Anak-anak - 250 Baht
Comments
Post a Comment