Skip to main content

Featured

[ID] Pengalaman Misa Pertama Berbahasa Inggris di Katedral Assumption Bangkok

Pertama Kalinya Mengikuti Misa Berbahasa Inggris Seperti kata orang, pengalaman pertama akan selalu dikenang. Salah satu pengalaman pertama saya selama berada di Thailand adalah mengikuti Misa pada hari Minggu  dalam Bahasa Inggris untuk pertama kalinya. Kesan dari pengalaman ini menjadi istimewa karena momen ini terjadi dalam perjalanan singkat saya ke Thailand dan berlangsung di tempat yang luar biasa, yaitu Katedral Assumption di Bangkok.  Meskipun bukan gereja tertua di Thailand (gelar tersebut dimiliki oleh Gereja Immaculate Conception atau Wat Kamen yang dibangun hampir satu setengah abad lebih awal di Bangkok), dan bukan pula yang terbesar (karena status ini saat ini dipegang oleh Katedral Immaculate Conception di Chanthaburi), Katedral Assumption tetap menjadi gereja Katolik utama di negara ini yang juga berfungsi sebagai gereja pusat Keuskupan Agung Bangkok. Katedral ini terletak di Distrik Bang Rak yang bersejarah, di pesisir timur Sungai Chao Phraya yang tersohor. K...

[ID] Menyusuri Pagi di Taman Hijau Benjakitti di Tengah Kota Bangkok

Melanjutkan Perjalanan Dari Singapura ke Bangkok

Dalam dua postingan terakhir, saya menyempatkan untuk membahas lebih dalam  dan merefleksikan para santo pelindung nama baptis dan krisma saya yang terinspirasi dari kunjungan ke dua gereja di Singapura di postingan sebelumnya. Kini saya kembali untuk melanjutkan kisah perjalanan saya ke Bangkok, Thailand, yang terjadi bulan lalu. Seperti telah disebutkan sebelumnya, perjalanan ini merupakan kelanjutan dari transit panjang di Singapura, yang kemudian saya manfaatkan menjadi kunjungan singkat menjelajahi kota tersebut. Saya akhirnya menaiki penerbangan lanjutan dari Bandara Changi pada malam hari dan tiba di Bangkok pada tengah malam waktu setempat. Meskipun sudah larut, antrean imigrasi di Bandara Suvarnabhumi masih cukup panjang, hal yang tak mengherankan mengingat Thailand merupakan salah satu destinasi wisata utama dunia. Setelah melewati imigrasi, saya mengurus beberapa hal penting seperti membeli kartu SIM lokal dan menukarkan Rabbit Card (kartu transportasi untuk naik BTS Skytrain di Bangkok). Sayangnya, saat itu sudah terlalu malam untuk naik Airport Rail Link (kereta bandara) seperti yang direncanakan karena keretanya sudah tidak beroperasi pada jam tersebut. Pilihannya tinggal dua, yaitu menunggu beberapa jam hingga pukul 6 pagi di bandara sampai kereta bandaranya beroperasi kembali atau langsung menuju hotel menggunakan taksi bandara atau layanan taksi online. Saya memilih opsi kedua dan untungnya aplikasi Grab yang biasa saya gunakan di Indonesia juga bisa digunakan di Bangkok. Beruntung pula, pada malam itu biaya tol jalan bebas hambatan dari bandara dibebaskan dalam rangka peringatan hari raya kerajaan untuk menandai dimulainya musim tanam padi (atau yang dikenal sebagai Royal Ploughing Day) yang baru saja dimulai tengah malam itu. Saya akhirnya tiba di hotel yang terletak di kawasan Nana sekitar pukul 2 dini hari. Setelah mandi sebentar untuk menyegarkan diri, saya langsung beristirahat karena jadwal kegiatan yang cukup padat sudah menanti hanya beberapa jam kemudian.

Benjakitti Park mulanya dibuka tahun 1992 untuk memperingati Ulang Tahun ke 60 Ratu Sirikit

Danau buatan di taman ini dikelilingi lintasan jogging untuk berlari dan berjalan

Kembali Menyusuri Benjakitti

Menyadari bahwa hotel tempat saya menginap terletak cukup dekat dengan Benjakitti Forest Park (สวนเบญจกิติ – Suan Benjakitti dalam bahasa Thai), saya pun memutuskan untuk memulai pagi dengan berjalan santai di taman tersebut. Meskipun tidak sempat berangkat sepagi yang direncanakan mengingat saya baru check-in larut malam sebelumnya, saya tetap bersyukur bisa menikmati pagi di ruang terbuka hijau. Ini bukanlah kunjungan pertama saya ke taman ini. Beberapa tahun lalu, saya pernah singgah ke taman ini saat sedang ditugaskan bekerja selama beberapa waktu di Bangkok. Dari kunjungan kali ini, terlihat jelas bahwa taman ini telah mengalami banyak peningkatan dibanding kunjungan terakhir saya. Benjakitti Park terletak di kawasan Khlong Toei, salah satu titik strategis di pusat kota Bangkok, tepat di sebelah Queen Sirikit National Convention Center (QSNCC) yang merupakan gedung konvensi internasional pertama di Thailand yang rutin menggelar berbagai acara MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) baik berskala nasional maupun internasional. Akses ke taman ini pun sangat mudah; hanya beberapa langkah dari Stasiun MRT Queen Sirikit National Convention Center, serta bisa dicapai dengan berjalan kaki dari Stasiun BTS Asok. Selain itu, taman ini juga terhubung dengan Lumpini Park (yang merupakan taman kota populer lainnya di Bangkok) melalui Green Mile, sebuah jembatan pejalan kaki yang dibangun di atas kanal. Dulu, saat saya tinggal di sekitar kawasan Sathorn-Silom, saya hampir setiap akhir pekan menyempatkan diri berjalan pagi ke Taman Lumpini. Sayangnya, pada kunjungan kali ini, jembatan penghubung sepanjang 1,3 kilometer itu sedang ditutup sementara untuk pengerjaan perawatan kanal dan pagar pembatas. Meski demikian, kunjungan menjelajahi Benjakitti Park ini saja pada akhirnya sudah menjadi pengalaman yang cukup menyenangkan.

Ini adalah salah satu skywalks dalam Benjakitti Forest Park yang dikelilingi oleh lahan basah dan pepohonan

Skywalk ini juga menjadi salah satu unsur rancangan taman berkelanjutan yang ramah lingkungan 

Taman Baru dengan Wajah Baru

Benjakitti Forest Park kini menawarkan pengalaman yang jauh lebih lengkap dibanding sebelumnya setelah mengalami proses perluasan dan renovasi. Kini, taman ini dipenuhi dengan hamparan ruang hijau yang luas, kolam teratai yang menenangkan, jalur pejalan kaki yang dibangun di atas permukaan tanah (skywalk), serta berbagai fasilitas olahraga dalam ruangan (indoor) sehingga taman ini menjadi tempat pelarian ideal dari hiruk pikuk kota Bangkok. Nama taman ini terkadang masih ditulis sebagai “Benchakitti Park” dalam beberapa sumber lama atau informal, yang mencerminkan perbedaan dalam sistem transliterasi aksara Thai ke alfabet Latin. Namun, ejaan resmi yang digunakan oleh Bangkok Metropolitan Administration (BMA) dan sebagian besar lembaga pemerintah Thailand adalah “Benjakitti Park”. Nama “Benjakitti” sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Thai: เบญจ (benja), yang berarti lima, dan กิติ (kitti), yang berarti kehormatan atau kemasyhuran. Nama ini diberikan pada tahun 1992 untuk memperingati ulang tahun ke-60 (lima siklus 12 tahun) Her Majesty Queen Sirikit, Ibu Suri Thailand—sebuah tonggak penting dalam budaya Thai. Kini, taman yang telah memenangkan berbagai penghargaan ini kerap dijuluki sebagai “paru-paru” kota. Namun, sebenarnya lahan seluas sekitar 450 rai (kurang lebih 72 hektar atau 178 acre) tempat taman ini berdiri memiliki sejarah yang cukup ironis karena dulunya kawasan ini merupakan kompleks pabrik rokok besar milik negara yang dikelola oleh Thailand Tobacco Monopoly (TTM), yang kini dikenal sebagai Tobacco Authority of Thailand (TOAT). Transformasi dari bekas kawasan industri menjadi hutan kota ini menjadi contoh luar biasa dari restorasi ekologis dan revitalisasi ruang kota.

Sebagian bangunan yang dulunya merupakan pabrik rokok kini menjadi fasilitas olahraga indoor

Taman ini menjadi paru-paru kota yang penting di Bangkok karena berbagai pohon dan tanamannya

Dari Pabrik Rokok ke Ruang Hijau Kota

Kisah Benjakitti Park bermula pada tahun 1991, ketika TTM memutuskan untuk memindahkan operasi pabriknya ke kawasan industri di utara Bangkok. Keputusan ini seiring dengan perubahan pesat wilayah Khlong Toei yang sebelumnya merupakan area industri menjadi lingkungan urban yang padat, ditandai dengan menjamurnya apartemen, pusat perbelanjaan, dan hotel bertingkat. Sebagai proyek percontohan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, sebagian lahan bekas pabrik rokok tersebut dialihfungsikan menjadi taman publik pada tahun 1992. Pada tahap awal ini, dibangun sebuah danau buatan besar berukuran sekitar 800 x 200 meter yang langsung menjadi daya tarik utama taman tersebut. Danau ini dikelilingi jalur pejalan kaki yang digunakan oleh warga kota untuk jogging dan berjalan santai. Pengembangan lebih lanjut dilakukan pada tahun 2016, ketika Angkatan Darat Kerajaan Thailand merancang dan membangun perluasan taman dengan desain konvensional bergaya geometris dan tertata rapi. Namun, visi yang benar-benar transformatif baru muncul pada tahun 2019, ketika pemerintah Thailand meluncurkan proyek besar untuk mengembangkan sisa lahan menjadi taman hutan kota yang sesungguhnya.

Sebuah sayembara desain tingkat nasional pun diadakan, dan proposal pemenangnya datang dari institusi arsitektur lokal Arsomsilp Community and Environmental Architect yang bekerja sama dengan firma arsitektur lanskap ternama asal Beijing, Turenscape, yang didirikan oleh arsitek lanskap Kongjian Yu. Dengan anggaran terbatas dan tenggat waktu yang ketat, mereka mengembangkan desain berdasarkan konsep inovatif "Sponge City" atau Kota Spons. Alih-alih hanya mengandalkan sistem drainase konvensional, pendekatan ini menekankan pengelolaan air secara ekologis melalui cara alami termasuk integrasi ekosistem lahan basah, bioswale (saluran biofiltrasi), dan permukaan berpori untuk menyerap serta memperlambat aliran air hujan. Pendekatan ini membantu mencegah banjir dan mendukung pengisian ulang air tanah secara alami.

Taman ini juga dilengkapi dengan tempat bermain ramah lingkungan yang dapat dinikmati anak-anak

Sebuah monumen peringatan di bagian lama Taman Benjakitti melambangkan warisan kerajaan

Fasilitas Modern dan Transformasi Berkelanjutan

Taman Hutan Benjakitti yang telah diperluas kini menawarkan beragam fasilitas dan fitur yang memanjakan pengunjung. Di antaranya adalah jalur pejalan kaki berupa skywalk (jalur layang) di atas lahan basah yang rimbun, menara pengamatan burung, kolam teratai, amfiteater terbuka, plaza museum, area pembibitan tanaman, tempat istirahat, serta jalur khusus untuk jogging dan bersepeda. Salah satu daya tarik yang paling mencolok adalah pemanfaatan bangunan-bangunan tua bekas pabrik rokok yang kini dialihfungsikan secara kreatif menjadi fasilitas publik. Beberapa gudang lama, misalnya, kini menjadi bagian dari Benjakitti Sports Center yang dilengkapi dengan lapangan bulu tangkis, pickleball, sepak takraw, bola basket dan lainnya sehingga menciptakan perpaduan yang unik antara warisan industri dan ruang rekreasi dan olahraga masyarakat.

Pengembangan taman ini mencapai puncaknya pada Agustus 2022 dengan peresmian resmi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha. Sejak saat itu, taman ini dipuji sebagai model nasional pembangunan kota yang berkelanjutan. Dengan kekayaan biodiversitasnya, desain yang ramah lingkungan, serta ruang hijau yang luas, Benjakitti Forest Park kini menjadi simbol pembaruan ekologi Bangkok dan paru-paru kota yang sangat dibutuhkan untuk masa depan ibu kota Thailand. Transformasi inovatif ini juga telah meraih berbagai penghargaan internasional, termasuk World Landscape Architecture Award of Excellence tahun 2023, yang mengakui pendekatan visioner taman ini dalam mengubah bekas kawasan industri menjadi oasis ekologi perkotaan yang inspiratif.

Kunjungan Singkat yang Tetap Berkesan

Seiring berjalannya pagi dan matahari yang semakin tinggi, suhu dengan cepat melonjak hingga 35°C dan mengingatkanku betapa teriknya cuaca Bangkok bisa terasa. Kali ini, saya hanya sempat menjelajahi sebagian kecil dari Taman Hutan Benjakitti, karena harus segera melanjutkan ke destinasi berikutnya dalam agenda perjalanan hari itu. Meski singkat, kunjungan ini tetap sangat layak dan memuaskan. Taman ini telah lama menjadi ruang hijau favorit saya di kota, dan selalu berhasil memberikan ketenangan di tengah hiruk pikuk urban. Mudah-mudahan di kesempatan berikutnya saya bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk menjelajahi lebih jauh jalur-jalurnya dan sudut-sudut tersembunyinya—terlebih kini, setelah taman ini bertransformasi menjadi salah satu paru-paru hijau paling mengagumkan di Bangkok.


Benjakitti Forest Park
Taman Hutan Benjakitti 

Lokasi Distrik Khlong Toei (di antara Jalan Rama IV dan Jalan Sukhumvit), Bangkok, Thailand

Jam Buka
Setiap hari, 05.00 sampai dengan 21.00
(Waktu dalam THA = Thailand Standard Time GMT+7)

Tiket Masuk
Gratis

Comments

Popular Posts